Penulis: Bonar Bona Boni Sianipar
BILIK SASTRA – Joaquin Phoenix. Siapa yang tidak mengenal aktor dari Amerika Serikat tersebut. Aktif sejak tahun 1982 hingga sekarang, ia telah banyak mengukir prestasi di dunia perfilman. Salah satu yang terkenal dan mendunia adalah perannya sebagai Joker. Joaquin Phoenix berhasil memerankan Joker dengan sangat apik.
Di Indonesia, pamor film Joker juga sangat tinggi. Saya pun tertarik menonton film yang rilis pada tahun 2019 lalu ini. Saya merasa sangat kagum dengan sosok Joaquin Phoenix. Terlebih lagi saat mengetahui fakta-fakta yang ia lakukan agar totalitas untuk memerankan sosok Joker, seperti melakukan diet agar sesuai dengan tokoh Joker.
Oleh karena kekaguman tersebut, saya mulai mencari film-film yang dia perankan. Setelah mencari-cari, saya terpaku dengan poster film berjudul Her. Poster film dengan warna latar belakang merah dan Joaquin Phoenix sebagai pusat poster tersebut dengan kumis tebalnya. Selain itu, judulnya yang sangat singkat membuat saya penasaran. Saya pun mulai mencicipi film tersebut.
Sinopsis Film Her
Dalam film Her ini, Joaquin Phoenix berperan sebagai Theodore Twombly. Seseorang dengan pekerjaan yang unik, yakni menulis pesan hangat bagi seseorang. Singkatnya, sih, seperti “joki tulis surat cinta”.
Latar waktu film ini ada di masa depan. Masa depan yang penuh dengan teknologi yang maju dan kemampuan Intelegensi Buatan atau Artificial Intelligence (AI) untuk membantu keseharian manusia. Namun, dalam pekerjaannya, Theodore tidak dibantu oleh AI. Dia menggunakan kemampuan sastrawannya untuk menulis surat hangat tersebut.
Pada awal film, penonton akan melihat Theodore yang baru saja putus dengan pacarnya. Hal itu sebenarnya tidak mengganggu pekerjaannya. Hanya saja dia jadi kurang bersemangat untuk menulis pesan-pesan hangat tersebut. Dia pun mencari kesenangan secara virtual untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Maka dari itu, film ini memiliki rating restricted.
Waktu pun berlanjut, sebuah perusahaan bernama Elemental Software mengeluarkan Operating System (OS) terbaru bernama OS1. OS1 digadang-gadang dapat memahami dan mengenali perasaan majikannya atau pemakainya. Karena hal tersebut, Theodore tertarik untuk mengunduh OS1.
Dalam proses pengunduhan, ada tahap-tahap pertanyaan seputar kehidupan Theodore agar OS1 tersebut dapat membuat AI yang sesuai kebutuhannya. Nah, dari situlah cerita dimulai.
Pertemuan Theodore dengan Samantha
Theodore kemudian berkenalan dengan AI buatan OS1 itu. AI tersebut memperkenalkan dirinya sebagai Samantha. Suara Samantha diisi oleh seorang aktris favorit saya, yaitu Scarlett Johansson. Samantha mencoba memberikan hasil terbaik dari preferensi-preferensi yang Theodore masukkan.
Oleh karena itu, Theodore merasa nyaman dan akhirnya berpacaran dengan Samantha. Ya, kalian tidak salah baca. Seorang manusia menjalin hubungan asmara dengan sebuah Intelegensi Buatan.
Baca juga: The Moon (2023): Misi Menegangkan Eksplorasi Bulan
Kisah asmara yang tidak biasa
Kisah asmara tidak biasa itu tentunya berjalan dengan berbagai rintangan. Puncaknya ialah saat Samantha merasa awake, yaitu kondisi saat dia memiliki kesadaran akan sesuatu yang disebabkan oleh AI yang lain—AI yang dibuat atas dasar tokoh nyata dunia bernama Alan Watts.
Alan Watts dalam bentuk Intelegensi Buatan memberikan sepatah dua patah kata kepada Samantha dan akhirnya membuat Samantha tersadar. Samantha pun memberikan kenyataan bahwa cinta yang dia berikan kepada Theodore, sama halnya dengan 674 orang lainnya yang mengunduh OS1.
Theodore pun mengalami patah hati kedua. Kemudian, Samantha menghilang dari gawai Theodore.
Mencintai diri sendiri
Lalu, di mana letak mencintai diri sendiri dalam film Her? Samantha adalah sebuah AI buatan OS1 yang sesuai dengan preferensi yang Theodore masukkan. Jadi, OS1 hanya memberikan sebuah kesadaran palsu kepada Theodore sesuai kebutuhannya, untuk membantu kesehariannya dan berbagai kegiatan lainnya.
Nah, letak mencintai diri tersebut tergambarkan pada rasa suka dan cinta Theodore terhadap Samantha. Theodore mencintai Samantha karena Samantha merupakan cerminannya. Saat Samantha pergi meninggalkannya, tentu dia merasa sangat kehilangan karena dia seperti kehilangan dirinya sendiri.
Tidak lupa juga tokoh nyata bernama Alan Watts sebagai Intelegensi Buatan pada film Her, yakni seorang filsuf, penulis dan dosen berkebangsaan Inggris. Alan Watts dikenal akan bukunya yang berjudul The Wisdom of Insecurities.
Baca juga: Ghosts I-IV (2008): Melamun Juga Butuh Musik
Ada tiga pelajaran hidup yang bisa kita petik
Mengutip dari satupersen.com dalam artikel berjudul “Filosofi Alan Watts Tentang Tujuan dan Makna Hidup, Stop Overthinking!”, ada tiga pelajaran penting dari filosofi Alan Watts. Salah satunya adalah bahwa kebahagiaan dan kesedihan itu satu paket.
Jadi, jika ingin bahagia, kita juga harus siap untuk sedih. Berhenti untuk memisahkan hal positif dan negatif.
Begitu pula seperti cerita dalam film Her ini. Theodore merasa sedih atas kepergian Samantha yang bisa dia anggap sebagai cerminannya sendiri. Samantha yang memberikan rasa bahagia, Samantha pula yang memberikan rasa sedih.
Bagaimana, Sobat BiSa? Jika kalian penasaran dengan akting Joaquin Phoenix serta kisah lengkapnya tentang hubungan asmara antara manusia dan AI, kalian dapat segera menontonnya di platform Netflix atau platform legal lainnya. Atau kalian dapat menonton trailer-nya terlebih dahulu di sini.
Editor: Kru Bisa