Penulis: Nathania Sasi
BILIK SASTRA – Sobat BiSa pasti familier dengan wayang, kan? Warisan budaya bangsa Indonesia yang satu ini merupakan salah satu jenis sastra tradisional yang masih populer di kalangan masyarakat. Bahkan, wayang Indonesia juga dilindungi oleh UNESCO sebagai karya seni budaya Nusantara, lho, Sobat BiSa!
Melansir dari KBBI, pengertian wayang adalah boneka tiruan orang yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisional. Wayang menjadi identitas dari Indonesia dan memiliki ciri khas tersendiri.
Lalu, bagaimana, sih, sejarah terbentuknya kesenian wayang ini? Nah, buat Sobat Bisa yang masih belum tahu mengenai asal mula dan jenis-jenis wayang, yuk, simak penjelasan lengkapnya!
Hari wayang nasional
Setelah UNESCO menetapkan wayang Indonesia sebagai karya budaya menakjubkan di bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity), pada tanggal yang sama juga bertepatan dengan Hari Wayang Nasional.
Penetapan ini dilakukan sendiri oleh Bapak Presiden RI, Bapak Joko Widodo, dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 30 Tahun 2018 tentang Hari Wayang Nasional.
Untuk memperingati Hari Wayang Nasional ini, biasanya Dinas Kebudayaan mengadakan suatu kegiatan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Seperti peringatan tahun lalu di Yogyakarta, arak-arakan, stand demo tentang wayang, umbul donga, dan pementasan wayang.
Pada tahun 2023, Dinas Kebudayaan DKI Jakarta juga merencanakan peringatan Hari Wayang Nasional ini di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada 1-7 November 2023.
Kegiatan yang akan ada di antaranya adalah Festival Dalang Anak, Pagelaran Wayang Milennial, dan penampilan dua dalang dalam satu panggung.
Asal-usul wayang Indonesia
Wayang merupakan salah satu jenis kebudayaan Jawa yang sudah ada sejak ±1500 tahun yang lalu. Sebenarnya ada berbagai pendapat mengenai asal-usul wayang ini. Ada yang mengungkapkan bahwa wayang bukanlah ciptaan asli orang Jawa. Melainkan tiruan dari India yang telah lama memiliki permainan bayangan yang mirip dengan pertunjukan wayang.
Namun, tak banyak juga yang mengatakan bahwa wayang berasal dari tanah Jawa. Wayang Indonesia merupakan penggabungan dari tradisi asli orang Jawa dengan Hindu-Budha yang saat itu mulai masuk ke pulau Jawa. Kebudayaan Hindu-Budha itu melebur tanpa menghilangkan kebudayaan asli sehingga unsur eksternal tersebut menjadi milik masyarakat Jawa.
Mengutip dari Anggoro (2022), Sunarto mengatakan bahwa pada awal kemunculannya, wayang erat kaitannya dengan pemujaan roh leluhur atau hyang dengan melakukan pertunjukan bayang-bayang. Oleh sebab itu, kebudayaan Hindu-Budha yang masuk ke Jawa tadi membawa pengaruh kepada pertunjukan bayang-bayang sehingga kemudian kita kenal dengan pertunjukan wayang.
Fungsi wayang
Melansir dari Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni: Makna Pertunjukan Wayang dan Fungsinya dalam Kehidupan Masyarakat Pendukung Wayang, Soetarno (2011) menuliskan bahwa terdapat lima fungsi wayang, yaitu sebagai berikut:
- Wayang sebagai bahan refleksi nilai-nilai etis dan estetis
- Bermanfaat sebagai alat komunikasi atau media penerangan
- Sebuah hiburan yang bersifat hedonistik di masyarakat
- Berfungsi sebagai media pendidikan atau edukasi terhadap para penonton
- Terakhir, kontinuitas kebudayaan atau berguna sebagai pelestari kesenian
Cerita yang ada di dalam pertunjukan wayang mengajarkan kepada masyarakat Indonesia mengenai kehidupan. Oleh karena itu, wayang tetap eksis dan tidak hanyut dalam perkembangan zaman.
Jenis-jenis wayang Indonesia
Sobat BiSa tahu nggak, kalau wayang Indonesia ternyata tidak hanya memiliki satu jenis saja melainkan beragam macamnya, lho! Berikut beberapa jenis wayang yang populer yaitu di antaranya.
1. Wayang kulit
Wayang kulit adalah jenis wayang yang paling populer dan sangat familier di masyarakat Indonesia. Terbuat dari kulit kambing, sapi, ataupun kerbau yang dibuat menjadi kulit lembaran.
Biasanya, dalam suatu pertunjukan wayang kulit, ada seorang dalang yang memainkan wayang dari balik kain putih. Dalang memainkan cerita yang biasanya merupakan cerita rakyat dan religius. Sepanjang pertunjukan juga musik dari gamelan menjadi pengirinya.
Pertunjukan wayang kulit sudah UNESCO akui sejak tanggal 7 November 2003, sebagai karya budaya menakjubkan di bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
2. Wayang golek
Pertunjukan wayang golek adalah pertunjukan teater rakyat yang banyak kita temui. Wayang golek umumnya dipentaskan di daerah Jawa Barat menggunakan bahasa Sunda. Wayang golek terbuat dari kayu berbentuk tiga dimensi.
Cerita yang diangkat dalam biasanya dari cerita rakyat maupun cerita Ramayana dan Mahabarata. Dalam pertunjukannya, gamelan Sunda (salendro) juga turut mengirinya.
3. Wayang klithik
Wayang klithik memiliki bentuk yang hampir mirip dengan wayang kulit. Bentuknya pipih yang terbuat dari kayu. Sebutan klithik berasal dari suaranya yang mengeluarkan bunyi “klithik.. klithik..” saat dipentaskan. Bunyi ini berasal dari gesekan gagang wayang yang terbuat dari kayu.
Cerita yang ada pada dalam wayang klithik umumnya berasal dari zaman Panji Kudalaleyan di Pajajaran atau zaman Prabu Brawijaya di Majapahit. Namun, tidak jarang juga wayang klithik yang mengangkat cerita dari Babad Tanah Jawi.
4. Wayang beber
Wayang beber merupakan seni pertunjukan wayang yang pementasannya dalam bentuk lembaran atau beberan dalam bahasa Jawa. Lembaran ini dapat terbuat dari kertas atau kain yang di atasnya bergambar wayang.
Serupa dengan wayang golek, cerita yang ada biasanya juga dari cerita Mahabharata ataupun Ramayana. Wayang beber juga merupakan salah satu jenis wayang tertua di Indonesia, lho, Sobat BiSa!
5. Wayang orang
Berbeda dengan keempat jenis wayang lainnya, wayang orang tidak memakai dalang saat dipentaskan. Melainkan para pemain itu sendiri yang berlakon menjadi tokoh wayang. Hmm.. bisa dibilang seperti pertunjukan teater ya, Sobat BiSa!
Cerita-cerita yang ada di dalam wayang orang menitikberatkan pada perseteruan kisah kolosal Mahabharata dan Ramayana. Hal menarik dari wayang orang adalah adanya tarian individu para pemain pada setiap jeda cerita.
Wayang sebagai pilar utama seni budaya Indonesia
Eksistensi wayang yang terus berkembang mengikuti zaman membuat warisan budaya ini menjadikannya mempunyai peran penting. Terutama dalam pembentukan karakter dan jati diri bangsa serta peradaban Indonesia. Oleh sebab itu, wayang telah mengakar dalam budaya Indonesia dan telah mendapat pengakuan sebagai mahakarya dunia.
Melihat dari banyaknya fungsi dan ragamnya, wayang menjadi kecintaan dan semakin mendapat perhatian masyarakat maupun pemerintah Indonesia. Menko PMK (Pembangunan Manusia dan Kebudayaan), Muhadjir Effendy, mengatakan bahwa wayang merupakan salah satu pilar utama seni budaya bangsa Indonesia yang adiluhung. Adiluhung berarti seni budaya yang bernilai dan wajib kita lestarikan.
Itulah penjelasan lengkap mengenai wayang Indonesia. Kita sebagai bangsa Indonesia sudah sepatutnya bangga dan ikut melestarikan keberadaan wayang ini ya, Sobat Bisa. Tertarik untuk mencoba menonton pertunjukan wayang? Atau justru ada yang sudah pernah dan ingin menontonnya kembali?
Editor: Iska Pebrina
Sumber:
Pemerintah Tetapkan 7 November Jadi Hari Wayang Nasional, KOMINFO, 1 November 2023, https://www.kominfo.go.id/content/detail/15829/pemerintah-tetapkan-7-november-jadi-hari-wayang-nasional/0/berita#:~:text=Tepat%20pada%2017%20Desember%202018,bunyi%20diktum%20KESATU%20Keppres%20tersebut
Hari Wayang Nasional dan Dunia, KEMENKO PMK, 1 November 2023, https://www.kemenkopmk.go.id/node/127
Anggoro. (2018). Wayang dan Seni Pertunjukan: Kajian Sejarah Perkembangan Seni Wayang di Tanah Jawa sebagai Seni Pertunjukan dan Dakwah, 2 November 2023, http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/juspi/article/view/1679/1812
Nurgiyantoro, B. (2011). Wayang dan Pengembangan Karakter Bangsa, 2 November 2023, https://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/1314/1092Soetarno. (2011). Makna Pertunjukan Wayang dan Fungsinya dalam Kehidupan Masyarakat Pendukung Wayang, 2 November 2023, http://repository.isi-ska.ac.id/1246/1/1019