Cerbung: Cermin dan Harapannya Bagian 1

Ilustrasi cerbung cermin dan harapan
Sumber: canva.com

Penulis: Salisa Putri Fathica

Bagian 1

Di sebuah desa kecil yang jauh dari perkotaan, hiduplah seorang gadis bernama Adelia. Adelia merupakan gadis pintar dengan wajah mungil, berkulit putih, dan berambut cokelat panjang. Ia tidak tinggal sendiri, tetapi bersama dengan neneknya yang kerap disapa dengan Ne’ma.

Meskipun sudah tua, Ne’ma masih sangat kuat melakukan pekerjaan rumah, mengambil kayu, dan berjualan di pasar. Sejak Adelia kecil, Ne’ma selalu memberikannya sebuah buku bacaan, hal itulah yang membuat Adelia menjadi cerdas dan senang membaca. 

Pagi ini, Adelia memutuskan ke perpustakan desa lebih cepat dari biasanya. Setelah mendengar berita dari Aima, sang penjaga perpustakaan bahwa hari ini ada banyak buku cerita baru yang baru saja ditambahkan di perpustakaan. 

Tentu setelah mendengar hal tersebut, Adelia menjadi sangat bersemangat karena beberapa bulan belakangan ini, sudah kehabisan buku untuk dibaca, alhasil ia harus mengulangi membaca beberapa buku tersebut. Sesampainya Adelia di perpustakaan, ia menghirup napas kencang, menghirup aroma perpustakaan yang didominasi oleh aroma buku yang menurutnya sangat enak.

“Selamat pagi, Aima! Di mana buku-buku itu?” Sapa Adelia. 

“Hah? Buku apa yang kau maksud, Del?” Saut Aima sembari tersenyum usil. 

“Jangan main-main padaku, cepat tunjukkan bukunya, aku sudah tidak sabar membaca semuanya” Ucap Adelia bersemangat.

“Dasar kau, bukunya masih dalam kardus di gudang. Aku belum menyusunnya karena rak buku di sini sudah penuh. Besok, rak baru itu akan sampai. Jadi, bersabarlah Adel” Ucap Aima penuh yakin. 

Adelia tampak merasa sedih, jika bukunya belum disusun itu artinya ia belum bisa membaca buku itu dan harus membaca ulang buku lain di perpustakaan ini. Adelia mengurungkan niatnya membaca buku hari ini dan memutuskan untuk kembali ke rumahnya dengan perasaan sedih.

Baca juga: Cerbung: April dan Traumanya Bagian 1

Keesokan harinya, seperti yang Aima jajikan, Adel sudah sibuk membaca di perpustakaan sejak tadi pagi. Pandangannya tak pernah lepas dari buku tersebut. Buku yang Adel baca sepertinya bukan buku biasa, sampulnya dilapisi kain berwarna emas dengan corak timbul yang indah dan berbau manis. Adel seperti ingin memakannya.

“Aku merasa menjadi perempuan yang sangat beruntung bisa mendapatkan buku seindah dan seharum ini, Ai. Aku juga merasa beruntung memiliki perpustakaan desa dengan koleksi buku yang indah” Dongak Adel sembari menatap Aima yang sedang terduduk di seberang ruangan. 

Aima balik menatap Adel. Ia juga heran buku tersebut bisa masuk dalam perpustakaan miliknya.

“Memangnya, buku itu tentang apa, Adel?” Tanya Aima penasaran. 

“Buku ini berisi cerita tentang seorang gadis yang bisa mendapatkan apa saja hanya dengan berbicara pada cermin. Andai saja aku menemukan cermin itu, semua permintaanku pasti akan terwujud” Jawab Adel.

Aima mengernyit “Jadi kau percaya pada buku itu, Del? Yang benar saja”

“Kau kenapa? Tidak ada yang mustahil di dunia ini, Ai” Timpal Adel

“Iya, tidak ada yang mustahil di dunia dongeng. Sudahlah, kau selalu saja percaya pada semua cerita, sekalipun itu hanya cerita dongeng”

“Dan juga, memang apa yang ingin kau minta lagi? Bukannya hidupmu sudah sempurna, kau cantik, cerdas, memiliki nenek yang sangat menyayangimu Ne’ma bahkan tidak masalah jika kau hanya berdiam diri di kamar hanya membaca buku, dan memiliki sahabat yang bekerja sebagai penjaga perpustakaan” Tambah Aima.

“Ai, hidupku masih jauh dari kata sempurna yang kau maksud. Aku masih ingin banyak hal lagi. Arhh, tidak perlu kujelaskan satu per satu, pasti kau akan protes lagi” Ucap Adel yang masih fokus membaca buku.

Baca juga: Kaus Kaki untuk Tesalonika

Hari sudah sore, Adel memutuskan untuk kembali ke rumah melanjutkan bacaannya. Sesampainya di rumah, Ne’ma menyambut Adel dengan segelas susu dan cookies kesukaannya. Ne’ma banyak bercerita tentang aktivitasnya hari ini, di pasar, ketika berjualan. Adel menjadi pendengar yang baik sembari meminum susu hangat buatan Ne’ma. 

Adel begitu mencintai neneknya, sejak kecil, Ne’ma tidak pernah menuntut dan memaksa Adel untuk ikut berjualan di pasar. Setiap pekerjaan rumah, seperti mencari kayu bakar, memasak, dan mencuci tidak Adel lakukan karena Ne’ma sendiri yang melarangnya. Adel kerap merasa bersalah dan tidak seharusnya melakukan hal itu, mengingat Ne’ma sudah cukup berumur, tetapi bagi Ne’ma, pekerjaan itu sangat mudah baginya dan tidak butuh pertolongan dari Adel.

Usai bercerita tentang aktivitas hari ini, Ne’ma balik bertanya kepada Adel mengenai aktivitasnya “Jadi, buku apa lagi yang sudah kamu baca hari ini? Ceritakan padaku!”

Adel dengan semangat menceritakan buku unik yang baru saja ia baca. Buku tentang seorang gadis yang menemukan cermin di gudang rumahnya dan ternyata cermin tersebut dapat mengabulkan semua permintaannya. 

“Begitu, Ne’. Menurut Ne’ma, apakah benar ada cermin yang seperti itu?” Tanya Adel kepada Ne’ma.

“Hmm, Ne’ma pernah mendengar cerita itu. Konon katanya cermin tersebut didapatkan oleh orang-orang terpilih” Jawaban Ne’ma membuat Adel menjadi semakin yakin dengan keberadaan cermin tersebut. 

Bersambung

Editor: Iska Pebrina

krubisa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *