ENDIKUP (2025): Berpulang Namun Tetap Berdendang

album endikup
Sumber: Spotify

Penulis: Febryan Kusumawardana

BILIK SASTRA – Belum lama ini dunia musik Indonesia kembali berduka, Gusti Irwan Wibowo telah berpulang ke sisi Mahakuasa. Kepergiannya menyisakan ruang hampa yang sebelumnya diisi oleh musik jenakanya. 

Genre Endikup atau enak di kuping yang terkenal mampu membawa gelak tawa dengan bait-bait lirik yang begitu santai, menghangatkan, dan penuh dengan komedi. Karyanya bisa mengarahkan pendengar kepada nuansa musik yang nostalgik khas perkampungan Jakarta yang begitu “bermasyarakat”. 

Album ENDIKUP menjadi bentuk perpisahan yang begitu menyentuh. Berisi sebanyak sembilan lagu, Gusti Irwan Wibowo memberikan pengalaman yang begitu santai. khas tongkrongan. Berikut ulasan selengkapnya.

Album ENDIKUP hadirkan kolaborasi luar biasa

1. Lagu “Hari yang Mantap”

Album ENDIKUP dengan lagu “Hari yang Mantap” berkolaborasi teman dekat Gusti sendiri yaitu, Nehru Rindra. Keduanya kerap tampil di kanal YouTube Kedubes Bekasi dan The Maple Media dalam segmen “The Trick Room”. 

“Hari yang Mantap” berdendang seperti surat cinta yang penuh harapan serta permohonan untuk bertemu dengan sang kekasih walau hanya sebentar saja. Campuran antara endikup dan semi-hiphop di pertengahan lagu memperkaya warna-warna dari lagu ini. 

2. Lagu “We Always Togother”

Selanjutnya adalah lagu “We Always Together” yang berkolaborsi bersama dengan salah satu komedian Hifdzikohir, yang tergabung sebagai anggota dari band dengan genre hampir serupa yaitu, Orkes Pensil Alis.

Menurut saya pribadi lagu ini jenaka, absurd, dan romantis secara bersamaan. Harga jual paling berharga dari lagu ini terdapat di lirik-liriknya yang tak jelas arahnya mau ke mana, seperti asal ada saja liriknya, yang penting masih ada ketiga unsur yang saya sebutkan di atas. Seperti ini salah liriknya.

I will never go away from

You don’t ever go away from

Me, but Indomie is delicious”. 

Lalu ada liriknya yang akhiran dari katanya seperti “dipaksakan”.

I Love You

I Love You

I Miss You

Hey Kamyu

Belum sampai situ, lagu “We Always Together” juga menyisipkan puisi di bagian akhir lagu semakin menambah keabsurdan dari lagu in. Puisi tersebut dilantunkan oleh Hifdzikhoir sendiri, yang berisikan rasa bersyukur atas kehadiran keluarganya dalam setiap momen-momen kehidupan Hifdzikhoir. 

Baca juga: “Aku Ingin Jatuh Cinta”, Andina Resmi Rilis Single Kedua

3. Lagu “Icik Icik Bum Bum”

Lagu “Icik Icik Bum Bum” dalam album ENDIKUP secara khusus berkolaborasi dengan Bunga Nafisa. untuk pertama kalinya, saya dengar di Authenticity ID” yang dipandu oleh Soleh Solihun. Menariknya, pencipta lagu ini adalah mendiang ayah sang almarhum yaitu, Timur Priyono, lalu diaransemen ulang oleh Gusti.

Bagi saya, lagu ini seperti lagu anak-anak dengan komedi yang ringan. Lirik-liriknya pun juga jenaka dan bisa dengan mudah diparodikan. Tampaknya itu juga yang membuat lagu ini meledak terlebih dahulu sebelum rilis secara resmi. 

“Icik Icik Bum Bum” rasanya adalah sebuah lagu yang memperluas genre endikup ke ranah pendengar yang masih anak-anak. Suara vokal dari Gusti dan Bunga Nafisa dengan vokal yang lebih tinggi memberikan warna yang begitu ceria.

4. Lagu “Bagaimana?”

“Bagaimana?” menjadi lagu favorit saya di album ini, yang mengajak Danilla sebagai partner duet. Lagu ini awalnya membuat saya bertanya-tanya bahkan ragu. Pasalnya, Danilla terkenal dengan suaranya yang begitu dreamy bernyanyi di ranah endikup yang begitu groovy. Saya sempat pesimis terhadap eksekusinya, tetapi ternyata benar-benar luar biasa. 

Seperti biasa, instrumennya memang masih mengandung ciri khas genre endikup yang kuat, tetapi secara eksekusi mengarah ke genre dreamy pop khas Danilla. Lagu ini bercerita mengenai seorang pasangan yang saling merindu ketika berjauhan, dan menunggu untuk saling bertemu, lalu membahas hal-hal yang tak pantas.

Baca juga: Ghosts I-IV (2008): Melamun Juga Butuh Musik

5. Lagu “Hilang Arah”

Bilal Indrajaya juga turut hadir menghiasi album ini pada lagu “Hilang Arah”, lagi-lagi menjadi salah satu lagu yang memberikan perasaan yang sama dengan “Bagaimana?”. Saya rasa eksekusi lagi ini lebih dibawa ke musik-musik lawas khas Betawi. Namun untuk liriknya, saya rasa terlalu berat untuk disandingkan dengan genre endikup, terlalu melankolis dan dramatis. 

6. Lagu “Mununggu Ujung”

Menjadi penutup dari album ENDIKUP, lagu yang begitu reflektif “Menunggu Ujung”. Lagu ini bercerita mengenai kepasrahan terhadap proses kehidupan yang selalu berputar tak ada akhir, dan berharap selalu bisa bersikap dewasa ketika melewatinya. 

Lagu ini membawa nuansa yang berbeda, eksekusinya lebih ke pop pada umumnya, tak ada unsur endikup yang kental. Lagu-lagu sebelumnya membawa nuansa yang lebih santai, ceria, jenaka, dan absurd, tetapi lagu “Menunggu Ujung” semua itu hilang.

Suasananya langsung berubah menjadi begitu melankolis, dan bagi saya lagu ini begitu menyentuh hati, semua penggalan liriknya begitu relevan dengan kehidupan saat ini. 

Sampai kapan lingkaran ini?

Mungkin sudah seharusnya ku jalani

Dari sesuatu yang akan terjadi

Berharap dewasa akan menemani”.

Semakin menyedihkan lagi, ketika lagu ini ditutup dengan isakan tangis Gusti sendiri, belum lagi mendapat kabar bahwa ia telah berpulang. Lagu ini seperti mengiringi Gusti ke pangkuan Sang Pencipta.

Secara keseluruhan, album ENDIKUP menjadi memorabilia yang sangat menyenangkan, dan menyentuh hati. Album ini juga menjadi pesan bahwa Gusti tak ingin orang terus berlarut dalam kesedihan ketika ia berpulang. Selamat jalan Gusti Irwan Wibowo, karya dan kebaikanmu akan selalu dikenang.

Editor: Kru BiSa

Sobat BiSa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *