Hampa

hampa
Sumber: Canva.com

Pernahkah kalian dihampiri perasaan hampa? Saat semua yang kalian lakukan terasa tak ada artinya. Entah untuk apa dilakukan, entah untuk apa diselesaikan. Entahlah. 

Beberapa tahun belakangan, aku ingat betapa bersemangatnya aku untuk hidup. Aku tidak pernah putus harapan. Aku selalu optimis bahwa bila aku berusaha, hasilnya pasti akan baik.

Namun, entah sejak kapan, aku merasa bahwa setiap hal yang aku lakukan tak ada yang berakhir baik. Aku mulai merasa kehilangan arah, putus harapan, dan tidak berarti. Rasanya seperti ada begitu banyak beban di pundakku yang satu persatu harus segera kuselesaikan. Rasanya juga seperti ada yang menyerangku dari berbagai sisi. Anehnya, aku tidak pernah menangis. Aku hanya merasa hampa. 

Sampai suatu kali, ada seseorang yang berkata kepadaku bahwa ia tidak pernah menuntut apa pun dariku. Ia hanya ingin aku kuat dan mampu berdiri sambil sesekali bersandar kepadanya. Mendadak tangisku pecah. Seakan tangis itu telah kupendam begitu lama dan kukeluarkan sekaligus. Saat itu, aku tahu. Ah, sesekali aku butuh dihibur. 

Saat beban yang kutanggung terasa sangat berat, ramainya pikiran yang bergejolak, dan hati yang terasa hampa, sesekali aku ingin mendengar perkataan semacam itu. Katanya, tak ada kata-kata yang dapat menghibur, tapi nyatanya itu benar-benar menguatkanku. 

Sejak itu, aku juga sadar bahwa air mata itu seperti penyakit yang bila ditahan hanya akan menambah luka. Jadi, sesekali aku perlu menangis. Mungkin selama ini aku hanya merasa hebat untuk menyimpan semuanya sendirian sembari berpura-pura kuat, padahal aslinya rapuh. 

Setelah menangis, rasanya bebanku sedikit terangkat. Aku pun sadar bahwa menangis bukan berarti aku lemah. Justru aku merasa menjadi sedikit lebih kuat. 

Lalu, apakah saat ini aku tidak lagi merasa hampa? Entahlah. Yang aku tahu bahwa sesekali aku menangis sambil mengingat kata-kata dari seseorang itu. Aku pun ingin membagikannya, siapa tahu kalimat itu juga dapat menguatkan kalian yang mungkin saja tengah merasakan perasaan sepertiku.

Cerita dari Embun Pagi

Sobat BiSa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *