BILIK SASTRA – Jika diberi satu kesempatan untuk kembali ke masa lalu, apakah kalian akan menerima dan memakainya? Namun, bagaimana bila ada banyak sekali peraturan untuk bisa memakai kesempatan itu? Seperti yang dikisahkan dalam novel Funiculi Funicula: Before the Coffee Gets Cold.
Sinopsis novel Funiculi Funicula: Before the Coffee Gets Cold
Novel ini menceritakan tentang sebuah kafe tua bernama Funiculi Funicula yang terletak di sebuah gang kecil di Tokyo. Kafe itu sempat terkenal karena ada legenda urban yang mengatakan bahwa kafe itu bisa membawa orang ke masa lalu.
Namun, rumor itu tidak pernah terbukti karena nyatanya tidak pernah ada narasumber yang mengatakan bahwa mereka berhasil kembali ke masa lalu. Lalu, apakah itu hanya kebohongan belaka?
Tentu tidak. Ternyata, alasan mengapa tidak ada orang yang berhasil ke masa lalu adalah banyaknya peraturan. Ya. Untuk kembali ke masa lalu, kita harus mengikuti peraturan yang rumit. Sangat rumit.
Peraturan-peraturan yang sangat rumit
Pertama, sekalipun kembali ke masa lalu, kalian tidak akan bisa bertemu dengan orang yang belum pernah mengunjungi kafe itu. Artinya, percuma saja kembali ke masa lalu jika tidak tahu apakah orang yang ingin kalian temui pernah mengunjungi kafe itu.
Kedua, sekuat apa pun usahamu di masa lalu, masa depan tidak akan pernah berubah. Jadi, percuma saja kembali ke masa lalu jika kita tidak bisa mengubah masa depan.
Ketiga, kalian hanya bisa kembali ke masa lalu jika duduk di kursi khusus. Kemudian, saat sudah di masa lalu, kalian tidak bisa pindah sesukanya. Artinya, kalian harus tetap duduk di kursi itu. Selain itu, kalian tidak bisa sembarangan duduk di kursi khusus itu. Hanya ada satu kali kesempatan dalam sehari untuk bisa duduk di kursi itu.
Selain itu, peraturan yang tak kalah penting adalah adanya batas waktu. Saat duduk di kursi khusus, pelayan kafe akan menyajikan secangkir kopi. Nah, sesuai dengan judul novel ini, kalian hanya bisa kembali ke masa lalu sebelum kopinya dingin. Jadi, saat kalian kembali ke masa lalu, kalian harus menghabiskan kopi itu sebelum dingin. Jika tidak, akan ada risiko yang menanti kalian.
Baca juga: Madre: Seonggok Adonan yang Mampu Mengubah Nasib
Harus mempunyai tekad yang kuat
Wah! Sangat rumit, bukan? Tentu kalian akan merasa percuma kembali ke masa lalu setelah mengetahui peraturan-peraturan rumit itu.
Namun, ternyata ada beberapa orang yang rela mengikuti peraturan-peraturan itu dan siap menerima risikonya. Seperti beberapa pengunjung kafe Funiculi Funicula dalam novel karya Toshikazu Kawaguchi ini. Apa alasan mereka bersikeras kembali ke masa lalu?
Setiap orang yang kembali ke masa lalu memiliki keyakinan yang kuat. Meski kita berpikir semua itu percuma, mereka membuktikan bahwa itu tetap layak untuk mereka jalani. Buktinya, mereka mampu menemukan kelegaan dan kebahagiaan setelah menjalaninya.
Baca juga: The Moon (2023): Misi Menegangkan Eksplorasi Bulan
Nuansa kafe kuno nan unik
Saya sangat menyukai kisah-kisah yang ada dalam novel ini. Setiap pengunjung kafe yang memutuskan kembali ke masa lalu memiliki cerita yang berbeda-beda, tetapi tetap saling berkaitan. Entah di masa lalu, masa sekarang, maupun masa depan.
Namun, meski menggunakan alur campuran, saya tidak merasa bingung saat membacanya. Toshikazu Kawaguchi benar-benar menceritakannya dengan rinci. Tak jarang, beliau juga memberikan perumpamaan yang akan membuat pembaca lebih mengerti.
Saya juga kagum dengan cara Toshikazu Kawaguchi menggambarkan kafe Funiculi Funicula. Saya pun dapat membayangkan bagaimana bentuk dan suasana kafe ini. Mulai dari ukurannya yang tidak begitu luas—bahkan bisa dibilang sempit—karena hanya ada sembilan kursi.
Lalu, tiga jam dinding yang menunjukkan waktu berbeda-beda, kipas angin dan mesin kasir kuno, hingga makanan dan minuman yang disediakan kafe ini.
Namun, karena mengambil latar di Tokyo, Jepang, tentu akan sulit membayangkan suasana di luar kafe yang diceritakan. Misalnya, jenis-jenis tonggeret yang muncul di setiap musim hingga suhu di setiap musim yang tentunya berbeda dengan Indonesia.
Nah, jika Sobat BiSa menyukai cerita-cerita bertema time travel, kalian harus segera membaca buku terbitan Gramedia ini. Oh, iya. Buku ini juga akan ada sekuelnya, loh. Saya pun tidak sabar menantikan kisah-kisah pengunjung kafe Funiculi Funicula lainnya.
Editor: Cesilia Sasanda