“Apa rasanya sejarah hidup kita berubah dalam sehari? Darah saya mendadak seperempat Tionghoa, nenek saya ternyata tukang roti, dan dia, bersama kakek yang tidak saya kenal, mewariskan anggota keluarga yang tidak pernah saya tahu,”
Madre
BILIK SASTRA – Begitulah penggalan curahan hati Tansen dalam cerpen “Madre”. Cerpen ini merupakan salah satu cerpen yang termasuk dalam antologi cerpen berjudul Madre. Penasaran cerpen ini mengisahkan apa dan hal menarik lainnya? Simak ulasannya di bawah ini.
Sinopsis cerpen “Madre”
Tansen, seorang pria berusia dua puluhan yang silsilah keturunannya berubah sekejap dalam sehari. Selama ini, ia hanya mengetahui dirinya merupakan keturunan India-Indonesia, tetapi ternyata ada darah Tionghoa dari kakeknya yang mengalir di tubuhnya.
Kakeknya yang baru saja dia ketahui itu ternyata memberinya sebuah warisan berupa kunci dan sebuah kertas yang bertuliskan alamat. Tansen pun mendatangi alamat tersebut. Sebuah ruko kuno dua lantai bekas toko tua tanpa plang di daerah Jakarta.
Di sana, dia bertemu seorang kakek bernama Hadi. Melalui Hadi, dia mengetahui bahwa kakeknya adalah seorang Tionghoa yang dulunya mengelola toko roti Tan de Bakker bersama neneknya. Namun, sudah lima tahun toko roti itu tidak beroperasi.
Mengenai warisan, ternyata kunci itu merupakan kunci lemari pendingin tua. Dengan kunci itu, Tansen pun membuka kulkas tua itu. Namun, hanya ada sebuah stoples kaca berukuran besar yang berisi adonan putih keruh. Ya, bukan emas ataupun segepok uang, melainkan seonggok adonan. Pak Hadi menyebut adonan itu Madre.
Baca juga: Cerpen “Teka-Teki Silang”, Mengungkap Ramalan Buruk
Sebagai warisan dari kakek
Tansen pun tak bisa tak menganggap hal itu konyol. Jauh-jauh dia datang dari Bali ke Jakarta demi orang asing yang mengaku sebagai kakeknya. Bahkan, orang asing itu tiba-tiba mewariskan seonggok adonan padanya.
Kekonyolan itu tidak berhenti sampai di situ. Ternyata kakeknya ingin Tansen “mengurus” Madre itu karena kakeknya mewasiatkan Madre pada keturunannya yang punya “hubungan langsung” dengannya. Karena Ibu Tansen sudah meninggal, maka otomatis Tansen adalah ahli warisnya.
Di tengah kebingungannya, ada seorang pemilik toko roti terkenal yang ingin membeli Madre itu dengan harga yang fantastis. Tansen tak menyangka, warisan dari kakeknya itu ternyata memiiki nilai yang sangat tinggi.
Tentu saja dia tak pikir panjang untuk menjualnya. Lagi pula dia tak punya pengalaman apa-apa tentang roti. Namun, Tansen tidak mengetahui bahwa seonggok adonan itu ternyata sangat berharga bagi kakeknya. Ada sebuah rahasia di balik Madre yang nantinya akan membuat dia dilema.
Baca juga: Cerpen “Guru”, Anak pun Berhak Menentukan Pilihan
Alur cerita menarik dan sarat akan makna
Menurut saya, Dee telah mengemas cerpen berjudul “Madre” ini dengan apik tanpa bertele-tele. Dee mengajak pembaca untuk menyaksikan perjuangan sebuah toko roti kuno. Pembaca juga dapat ikut merasakan dilema yang dihadapi tokoh Tansen.
Dengan begitu, pembaca pun mungkin akan ikut mencoba memutuskan apakah harus menjual atau mempertahankan Madre itu. Tentu saja setiap keputusan dapat mengubah nasib seseorang. Begitu pun dengan Madre. Mungkin saja seonggok adonan itu mampu mengubah nasib Tansen.
Selain alur cerita yang mampu membuat pembaca merasa penasaran, cerpen ini juga sarat akan makna. Setelah membaca cerpen ini, saya merasa bahwa mungkin saja sesuatu yang tidak berarti bagi seseorang, bisa saja berarti bagi orang lain. Tentunya ada banyak pesan moral lainnya. Namun, saya tidak akan memaparkan lebih lanjut karena akan memberikan spoiler.
Lalu bagaimana kelanjutan kisah Tansen? Apa rahasia dan kekuatan yang dimiliki Madre hingga membuat Tansen dilema? Jika Sobat BiSa penasaran akan kelanjutan kisahnya, temukan jawabannya dalam buku berjudul Madre karya Dee ini.
Tidak hanya Madre, ada 12 kisah lainnya dengan berbagai tema—mulai dari perjuangan toko roti kuno hingga reinkarnasi—yang dapat kalian temukan dalam antologi cerpen berjumlah 160 halaman ini.
Editor: Cesilia Sasanda