“Kita tidak bisa memilih bagaimana kita dilahirkan …”
Ngenest: Kadang Hidup Perlu ditertawakan
BILIK SASTRA – Begitulah kutipan pada awal pembukaan film Ngenest: Kadang Hidup Perlu Ditertawakan. Memilih bagaimana caranya kita lahir di dunia ini adalah sebuah kemustahilan. Kita juga tidak bisa memilih bagaimana rupa kita.
Namun, setiap orang pasti memiliki keunikannya masing-masing. Keunikan inilah yang membuat diri kita berbeda dari orang lain. Meskipun kita tak dapat menyangkal bahwa perbedaan itu sering membuat kita takut.
Penasaran dengan keunikan yang ada di film tersebut? Bilik Sastra merangkum sinopsis hinggal hal unik dari film yang ada di bawah ini.
Sinopsis film Ngenest (2015)
Film ini mengisahkan tentang kehidupan Ernest Prakasa yang merupakan seorang keturunan Tionghoa. Sebagai minoritas, Ernest mengalami perundungan sejak kecil. Hal ini membuat Ernest mencoba untuk bergaul dengan teman-teman pribumi yang merundungnya, yaitu Fariz dan kawan-kawan agar selamat dari perundungan.
Namun, rencananya ini gagal total. Dia pun mendapat ide untuk memutus rantai perundungan dengan menikahi orang pribumi. Jadi sejak saat itu, Ernest mulai mencari pasangan hidup orang pribumi.
Saat berkuliah di Bandung, Ernest bertemu dengan Meira, seorang perempuan Sunda. Ketertarikan Ernest pada Meira membuatnya mulai mendekati Meira. Setelah berpacaran selama lima tahun, Ernest dan Meira pun menikah.
Namun, trauma dan ketakutan Ernest tidak serta-merta menghilang. Masalah baru pun muncul. Ernest takut jika anaknya nanti memiliki mata sipit seperti dirinya. Dia juga takut kalau anaknya nanti akan mengalami perundungan seperti yang pernah dialaminya.
Ketakutan itu ternyata masih terus menghantuinya. Hal itu pun membuatnya tidak siap hingga menunda untuk memiliki anak. Sebaliknya, Meira justru sangat menginginkan keturunan. Hal ini pun membuat keduanya bertengkar hebat.
Baca juga: Hello Ghost (2023): Melihat dan Berinteraksi dengan Para Hantu
Adaptasi dari novel dan pengalaman penulis
Film yang dirilis pada 30 Desember 2015 ini diproduksi oleh Starvision dan dibintangi oleh Ernest Prakasa sebagai Ernest dewasa, Kevin Anggara sebagai Ernest remaja, Lala Karmela sebagai Meira, Morgan Oey sebagai Patrick dewasa, Brandon Salim sebagai Patrick remaja, Ferry Salim, Olga Lydia, Budi Dalton, Ade Fitria, dan sederet aktor lainnya.
Seperti halnya tokoh Ernest yang terlahir sebagai keturunan etnis Tionghoa. Hidup dalam ketakutan akibat diskriminasi membuat Ernest memikirkan bagaimana caranya agar dapat menyatu dengan pribumi.
Maka dari itu, Ernest mengangkat konflik ini menjadi sebuah novel dan film. Kisah ini juga berasal dari pengalaman pribadi Ernest sebagai keturunan etnis Tionghoa yang lahir di Indonesia.
Sebagai komika, Ernest mulai mengembangkan talentanya di industri film. Berawal dari novelnya yang berjudul Ngenest: Ngetawain Hidup Ala Ernest, Ernest mencoba membuat film dengan mengadaptasi novelnya sendiri. Bahkan film ini merupakan film pertama Ernest sebagai sutradara sekaligus penulis skenario.
Mengangkat tema diskriminasi
Film ini memang mengangkat tema diskriminasi terhadap etnis Tionghoa di Indonesia, tetapi tetap menyajikan unsur komedi di dalamnya. Apalagi dengan latar belakang Ernest sebagai komika. Film ini pun banyak melibatkan komedian, seperti Arie Keriting, Chika Jessica, Bakriyadi Arifin, Ge Pamungkas, dan lain-lainnya. Tentunya hal ini menjadi poin menarik dalam film ini.
Namun, meski dengan unsur komedi, film ini mampu menyadarkan penonton bahwa trauma akibat perundungan itu adalah hal yang nyata. Korban bisa saja mengalami trauma hingga dewasa sehingga kita harus lebih peka bahwa perundungan merupakan hal yang serius.
Baca juga: Ngeri-Ngeri Sedap, Bangkitnya Film Bertema Kedaerahan
Raih sejumlah prestasi
Film ini pun terbilang sukses karena termasuk dalam film box office dengan 800.000 lebih penonton. Film ini juga berhasil menyabet beberapa penghargaan, seperti Indonesia Box Office Movie Awards kategori Penulis Skenario Terbaik, Piala Maya kategori Penulis Skenario Terpilih dan Sutradara Muda, serta Festival Film Bandung kategori Penulis Skenario Terpuji. Sebagai film debutnya, pencapaian ini tentunya sangat membanggakan.
Secara keseluruhan, film ini tertata dengan apik. Ernest mampu mengekspresikan keseriusan permasalahan diskriminasi dan perundungan yang pernah dia alami ke dalam sebuah komedi. Ya, kadang kita memang perlu menertawakan hidup.
Lalu bagaimana cara Ernest menghadapi trauma dan ketakutannya? Apakah dia berhasil mengatasinya? Karena tidak ingin spoiler terlalu banyak, Sobat BiSa dapat menemukan jawabannya dengan langsung menonton film Ngenest di platform Prime Video atau kalian bisa melihat cuplikannya di sini.
Editor: Iska Pebrina