Serial Gadis Kretek (2023): Isu Feminisme hingga Tragedi ’65

Ilustrasi serial gadis kretek
Sumber: about.netflix.com

BILIK SASTRA – Memasuki akhir tahun ini, rasanya semakin banyak tontonan menarik yang bisa menjadi hiburan di kala senggang. Salah satu tontonan menarik yang baru saja tayang adalah serial Gadis Kretek. Serial original Netflix ini merupakan adaptasi dari novel terkenal berjudul serupa. 

Sejak awal penayangannya, serial Gadis Kretek langsung mencuri perhatian, mulai dari plot, alur, hingga para pemerannya. Isu yang diangkat juga beragam, seperti feminisme hingga tragedi ‘65. Ingin tahu lebih lengkap tentang serial satu ini? Yuk, simak bersama ulasan di bawah ini. 

Sinopsis serial Gadis Kretek

Serial Gadis Kretek mengisahkan tentang Lebas (Arya Saloka), anak bungsu Soeraja, yang berusaha untuk mencari sosok perempuan bernama Jeng Yah (Dian Sastrowardoyo). Cerita bermula saat Lebas sedang menjaga ayahnya, Soeraja, yang sedang tidur. Saat tidur, Soeraja terus menyebut nama Jeng Yah. Soeraja pun meminta Lebas untuk mencari Jeng Yah. 

Dengan hanya bermodal beberapa surat tulisan tangan dan sebuah foto, perjalanan Lebas untuk mencari Jeng Yah pun dimulai. Lebas memulai pencariannya di Museum Kretek. Di sana, ia bertemu dengan Arum (Putri Marino), yang ternyata memiliki hubungan darah dengan Jeng Yah.

Saat Lebas dan Arum membaca surat-surat tersebut, alur cerita akan mundur ke tahun 1960-an, saat Jeng Yah dan Soeraja masih muda. Jeng Yah atau Dasiyah merupakan anak pengusaha kretek di Kota M. Jeng Yang tidak memiliki saudara laki-laki sehingga ialah yang sering membantu usaha ayahnya.

Baca Juga: The Indigenous (2023): Menyingkirkan Stigma Masyarakat Adat

Feminisme dalam serial Gadis Kretek

Dari serial berjumlah lima episode ini, kita akan melihat beberapa unsur feminisme, seperti stereotipe-stereotipe yang melekat dengan perempuan. Kamila Andini dan Ifa Isfansyah, sutradara serial ini, memang sudah sering menyutradarai film-film dengan unsur feminisme. Gadis Kretek pun tak luput dari unsur feminisme yang cukup kental. 

Jeng Yah memiliki impian untuk meracik saus kretek, tetapi pada saat itu perempuan dilarang ikut serta membuat saus kretek. Perempuan hanya diperbolehkan menjadi pelinting kretek. 

Ayah dan ibunya juga tidak mendukung impian Jeng Yah. Mereka malah menjodohkan Jeng Yah agar dia segera menikah. Pada saat itu, Jeng Yah tidak punya alasan untuk menentang orang tuanya. Ia pun menyetujui perjodohan itu. 

Setelah tanggal pernikahan ditentukan, Jeng Yah disuruh belajar memasak, menjahit, dan merangkai bunga. Karena setelah menikah nanti, Jeng Yah akan mengurus suaminya dan tidak perlu bekerja, apalagi membuat kretek.

Setelah menonton serial ini, saya merasa miris sekaligus ngeri membayangkan kehidupan perempuan saat itu. Seakan-akan perempuan tidak boleh memiliki mimpi karena tugas perempuan hanya mengurus dapur, menikah, dan memiliki anak.

Asal mula Kretek Gadis

Saat Jeng Yah hendak mengubur impiannya, dia bertemu dengan Soeraja (Ario Bayu). Berbeda dengan kebanyakan orang, Soeraja mendukung impiannya. Dia bahkan memberi kunci ruang saus kretek agar Jeng Yah dapat meracik saus kreteknya sendiri. Soeraja juga meyakinkan ayah Jeng Yah bahwa Jeng Yah sangat berbakat menjadi peracik saus kretek.

Benar saja. Kretek buatan Jeng Yah laku di pasaran. Kretek itu bernama Kretek Gadis. Ayah dan ibu Jeng Yah yang awalnya menentang impian Jeng Yah, akhirnya mendukung dan tentunya sangat bangga dengan Jeng Yah. Jeng Yah pun memulai kiprahnya sebagai pembuat kretek.

Selain sukses sebagai pembuat kretek, hubungannya dengan Soeraja juga berjalan lancar. Keduanya juga akan segera menikah. Hidup Jeng Yah seakan berubah drastis. Ia berhasil menggapai impiannya dan meraih cinta yang sebelumnya tidak direstui.

Baca Juga: Please Be Quite (2021): Suara Korban Pelecehan Seksual

Menyelipkan cerita tentang tragedi ‘65, salah satu sejarah kelam Indonesia

Namun, saat semua tampak berjalan lancar, tiba-tiba sebuah tragedi terjadi. Nama ayah Jeng Yah mendadak masuk ke dalam daftar pemberontak PKI. Ayah Jeng Yah pun ditangkap dan dibunuh, sedangkan Jeng Yah diasingkan dan terpisah dari keluarganya selama dua tahun.

Dari serial ini, penonton akan dapat melihat sedikit gambaran bagaimana suasana saat tragedi ‘65 berlangsung. Diceritakan bahwa hanya sedikit orang yang selamat dari kejadian itu, entah itu dibunuh maupun diasingkan. Banyak orang yang kehilangan keluarga dan hartanya dalam sekejap akibat tragedi memilukan ini.

Serial original pertama Netflix Indonesia 

Selain ceritanya, hal menarik dari serial ini yang juga memikat perhatian adalah fakta bahwa Gadis Kretek adalah serial original pertama Netflix Indonesia. Fakta ini pun menambah antisipasi banyak orang. 

Seperti yang kita ketahui, Netflix merupakan salah satu platform menonton terbesar di dunia sudah sering memproduksi film, serial, hingga reality show. Hasil produksi Netflix tersebut juga tak jarang menjadi trending topic dan menjadi favorit banyak orang.

Netflix Indonesia sudah beberapa kali memproduksi film, seperti Penyalin Cahaya dan Dear David. Namun, ini adalah pertama kalinya Netflix Indonesia memproduksi serial. Dengan begitu, Gadis Kretek adalah yang pertama dan hasilnya sangat memuaskan. 

Netflix bahkan bisa memboyong aktor-aktor ternama Indonesia, seperti Dian Sastrowardoyo, Ario Bayu, Putri Marino, Arya Saloka, hingga Pritt Timothy. Serial ini pun membuka harapan bahwa serial Indonesia juga bisa seapik film layar lebar. Mulai dari cerita, sinematografi, hingga pemerannya. 

Saya berharap Netflix Indonesia akan terus memproduksi serial berkualitas seperti ini. Pertelevisian Indonesia juga jangan mau kalah untuk ikut memproduksi serial atau drama yang berkualitas. Nah, kalau ingin melihat serial Indonesia kelas atas, Sobat BiSa harus segera menonton serial ini. Sebelum menontonnya, Sobat BiSa dapat mengintip cuplikannya di sini terlebih dahulu.

Editor: Cesilia Sasanda

Iska Pebrina

Penulis amatiran yang suka menulis ini dan itu. Instagram @iskafr

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *