Penulis : Nathania Sasi
BILIK SASTRA – Sobat BiSa pasti tahu, kan ya, kalau industri televisi merupakan salah satu subsektor ekonomi kreatif yang berperan penting terhadap penyebaran informasi? Sayangnya, industri pertelevisian ini, khususnya di Indonesia, kian menurun akibat maraknya penggunaan teknologi digital.
Masuknya era digital membuat industri televisi seakan kehilangan daya tariknya. Masyarakat cenderung memilih menggunakan teknologi digital dibanding menonton di televisi. Namun, meski tak secanggih gadget, akses terhadap televisi jauh lebih merata di seluruh lapisan masyarakat. Lalu, apakah benar bahwa kedua industri ini bersaing?
Menilik industri pertelevisian Indonesia lima tahun terakhir
Jika berbicara mengenai industri pertelevisian Indonesia, sebenarnya cukup beragam. Dari saluran televisi pemerintah maupun swasta, saluran berbayar maupun gratis, dan beragam genre yang ditawarkan.
Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, industri pertelevisian di Indonesia pun mendapat tantangan. Semakin lama, masyarakat banyak yang beralih menonton ke platform-platform streaming yang dapat di akses melalui gadget masing-masing.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, dapat saya katakan bahwa industri pertelevisian Indonesia tidak lagi ramai seperti sebelumnya. Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Penurunan minat masyarakat
Berdasarkan beberapa survei, antusiasme masyarakat Indonesia terhadap program televisi terus mengalami penurunan. Mengutip dari Digital News Report (2022), masyarakat Indonesia lebih berminat membaca berita dalam bentuk teks karena lebih mudah dan lebih cepat diakses daripada harus menonton di televisi.
Hal ini didukung pula oleh riset dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada tahun 2019 bahwa kurang lebih 50% responden menganggap kualitas tayangan televisi Indonesia yang menurun. Platform-platform streaming, seperti YouTube, Netflix, dan lainnya menawarkan tontonan yang lebih menarik dengan genre yang lebih bervariasi.
Perbedaan industri televisi dan industri digital
Perbedaan industri televisi dan industri digital dapat kita lihat dalam beberapa aspek, di antaranya sebagai berikut.
1. Distribusi
Dalam aspek distribusi, industri televisi memercayakan penyiaran, yang kemudian disalurkan melalui televisi berbasis kabel dan satelit. Penyiaran yang terdapat dalam industri televisi biasanya bersifat satu arah sehingga penonton harus menonton di jam yang sudah ditentukan.
Di sisi lain, industri digital menyajikan konten melalui platform-platform online, seperti video streaming, media sosial, gadget, dan situs web. Penonton dapat mengakses konten di mana dan kapan saja selama perangkat yang ia gunakan terhubung dengan internet.
2. Penonton
Perbedaan industri televisi dan industri digital yang kedua adalah dari aspek penonton. Industri televisi cenderung memiliki penonton yang lebih tua dan sudah terbiasa dengan tayangan satu arah.
Sementara itu, industri digital justru memiliki penonton dari berbagai kelompok usia, khususnya generasi muda. Hal itu terjadi karena generasi muda memang lebih akrab dengan teknologi digital.
3. Interaktivitas
Lalu yang terakhir, ada pada aspek interaktivitas. Industri televisi tentunya memiliki keterbatasan dalam hal ini karena industri televisi hanya bersifat satu arah. Jadi, penonton tidak dapat berinteraksi secara langsung.
Sementara industri digital sangat memungkinkan adanya interaksi langsung antara penonton dengan host atau penyiar. Penonton dapat dengan mudah berinteraksi melalui kolom komentar dan bebas memilih konten yang ingin ia tonton.
Pengaruh era digital terhadap industri pertelevisian Indonesia
Di era digital ini, saat informasi dapat diakses dengan mudah melalui gadget. Tentunya industri pertelevisian Indonesia terkena dampak yang signifikan, baik dampak positif maupun negatif. Beberapa pengaruh utamanya adalah sebagai berikut.
1. Persaingan jauh lebih ketat
Masuknya era digital membuat persaingan antarmedia menjadi jauh lebih intens. Mereka harus bersaing, tidak hanya dengan industri televisi konvensional saja, tetapi juga harus bersaing dengan platform digital.
2. Perubahan konsumsi konten
Dengan adanya platform-platform digital, seperti Netflix, YouTube, iFlix, dan yang lainnya membuat masyarakat cenderung menyukai penggunaan platform digital daripada televisi konvensional.
Kemudahan akses yang ditawarkan oleh platform-platform ini menambah kesan baik bagi para pengguna. Ketua Umum Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI), Ishadi SK, mengatakan, “Empat puluh persen anak muda tidak lagi menonton siaran televisi melalui televisi fisik, tapi melalui gadget mereka.”
3. Penurunan pangsa pasar
Era digital juga membuat pangsa pasar bagi industri televisi akan cenderung menurun akibat peningkatan penggunaan internet dan perangkat seluler. Masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk streaming di platform digital daripada menonton televisi konvensional.
4. Transformasi dalam penyiaran
Masuknya era digital tentunya membuat industri televisi konvensional, mau tidak mau membuat inovasi baru demi mengikuti perkembangan yang terjadi. Setiap stasiun televisi mulai mengembangkan platform digital mereka sendiri, seperti situs web atau aplikasi premium.
5. Produksi konten yang lebih kreatif
Salah satu pengaruh baik masuknya era digital ini adalah kebebasan yang diberikan bagi para produser konten televisi untuk menciptakan konten yang kreatif dan beragam. Walaupun kemungkinan berisiko besar, mereka bisa mengembangkan ciptaan programnya menjadi lebih spesifik dan menarik bagi target pembaca.
Digitalisasi sebagai upaya sinkronisasi
Digitalisasi adalah proses mengubah konten dan penyiaran media konvensional menjadi bentuk yang dapat diakses dan diunduh dengan mudah, yaitu bentuk digital. Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Mohamad Reza, menyampaikan bahwa ini merupakan salah satu bentuk upaya sinkronisasi media konvensional dan digital.
Hal itu menunjukkan bahwa industri televisi dan industri digital tidak melulu harus bersaing. Kedua industri ini dapat hidup berdampingan dan saling mengisi.
Masuknya era digital ini sebenarnya tidak kemudian membuat industri pertelevisian di Indonesia mencapai akhirnya. Selama konten yang dihadirkan di televisi masih digemari masyarakat, kemunduran industri pertelevisian ini dapat dihindarkan. Salah satu contohnya adalah peralihan televisi analog ke televisi digital.
Bagaimana, Sobat BiSa? Ternyata perkembangan era digital ini, bukan semata-mata membawa dampak buruk pada industri pertelevisian Indonesia, ya! Justru ini merupakan tanda bahwa Indonesia sedang berada pada tahap penyelarasan dengan media terbarukan.
Editor: Iska Pebrina
Sumber:
“Industri Televisi dan Radio di Indonesia Tetap Berkembang di Era Digital”. Kemenparekraf.go.id. https://kemenparekraf.go.id/ragam-ekonomi-kreatif/Industri-Televisi-dan-Radio-di-Indonesia-Tetap-Berkembang-di-Era-Digital
“Meninjau Kembali Model Bisnis Industri Televisi indonesia: Kualitas atau Rating”. Kumparan.com. 27 Oktober 2023. https://kumparan.com/reza-priambodo/meninjau-kembali-model-bisnis-industri-televisi-indonesia-kualitas-atau-rating-20Yq9LQ2b5u
“Perihal Kabar Pertelevisian Indonesia, Masih Ramai?”. Its.ac.id. https://www.its.ac.id/news/2022/07/23/perihal-kabar-pertelevisian-indonesia-masih-ramai/
“Siaran TV Analog Disetop di Seluruh RI 12 Agustus 2023”. Detik.com. https://www.detik.com/jabar/berita/d-6870993/siaran-tv-analog-disetop-di-seluruh-ri-12-agustus-2023