Benarkah Tema dalam Drama Indonesia Cenderung Monoton?

drama indonesia
Sumber: Canva.com

BILIK SASTRA – Sobat BiSa suka menonton drama? Biasanya, drama apa yang sering kalian tonton? Drama Korea? Tiongkok? Thailand? Atau drama Amerika? Hmm, apakah ada yang menjawab drama Indonesia? 

Kita tahu bahwa saat ini drama dari luar negeri sedang naik daun. Apalagi dengan adanya platform-platform menonton online yang semakin memudahkan kita untuk mengakses film atau drama luar negeri.

Selain itu, saat ini orang-orang lebih suka menonton lewat platform menonton online karena bisa dibilang fleksibel. Kita pun dapat menontonnya kapan saja dan di mana saja. 

Drama Indonesia

Namun, bagaimana dengan drama Indonesia? Mungkin kita agak kurang familier menyebutnya dengan sebutan ‘drama’. Biasanya kita menyebut drama yang tayang di televisi Indonesia dengan sinetron. Sedangkan, drama yang tayang di platform, kita biasa menyebutnya dengan sebutan series.  

Ya, Indonesia juga tak mau kalah memproduksi drama untuk ditayangkan di berbagai platform. Sejak tayang di platform menonton online, saya pun merasa kualitas drama-drama Indonesia sudah semakin meningkat. Apalagi dari segi kuantitas episode.

Menurut saya, jumlah episode drama Indonesia series yang tayang di platform menonton online cukup dan tidak berlebihan. Hal tersebut tentu berbanding terbalik dari sinetron di televisi yang sering memiliki jumlah episode yang banyak. Seperti yang kita ketahui, jumlah episode sinetron sering dinilai tidak masuk akal, yaitu bisa mencapai ratusan hingga ribuan episode.

Tema yang cenderung monoton

Namun, saya merasa drama-drama Indonesia belum berani untuk mengeksplor tema yang lebih beragam. Ada satu yang menarik perhatian saya, yaitu tema anak sekolahan yang hampir selalu berseliweran di drama-drama Indonesia.

Hampir setiap drama yang tayang di platform menonton online saat ini bertema anak sekolahan. Tema anak sekolahan itu pun lebih sering berfokus pada genre romantis komedi.

Hal ini tentu berbeda dengan drama luar negeri yang berani mengambil berbagai tema, seperti medis, hukum, perkantoran, dan tema lainnya. Dengan begitu, kita sebagai penonton bisa leluasa untuk memilih tema yang kita minati.

Selain itu, dengan tema yang beragam itu penonton juga akan mendapat pengetahuan baru mengenai suatu tema tersebut.

Premis cerita yang hanya berputar di situ-situ saja

Seperti pengalaman saya saat menonton drama Korea bertema hukum. Saya mendapat banyak pengetahuan baru, seperti istilah-istilah hukum hingga profesi-profesi di dunia hukum. Ternyata, selain pengacara, jaksa, dan hakim, ada profesi yang berkaitan dengan hukum lainnya.

Saya juga menjadi sedikit mengerti bagaimana proses kerja hukum di kejaksaan, pengadilan, dan kantor pengacara. 

Meskipun tidak menggeluti dunia hukum, sampai saat ini saya masih suka menonton drama-drama bertema hukum. Namun, itu adalah proses hukum di negara Korea. Tentunya akan berbeda dengan proses hukum di Indonesia. 

Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan tema anak sekolahan tersebut. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan tema anak sekolahan dalam drama luar negeri, premis cerita drama Indonesia cenderung monoton. Misalnya, cerita tentang ‘si kaya dan si miskin’.

Selain itu, yang tak kalah sering kita lihat adalah cerita tentang remaja yang hanya sibuk dengan percintaan. Padahal, kehidupan anak sekolah tidak hanya berpusat pada percintaan. Ada persahabatan hingga mimpi atau cita-cita yang bisa menjadi pusat cerita. 

Drama anak sekolahan di luar negeri

Jika mengambil contoh dari drama Korea, yaitu Twenty Five Twenty One. Meskipun drama tersebut mengusung tema anak sekolahan, drama tersebut mampu menghadirkan berbagai tema lainnya sehingga konfliknya menjadi lebih utuh dan kompleks.

Contohnya, dengan menggabungkan tema seputar olahraga anggar, dunia jurnalistik, bahkan situasi krisis moneter. 

Drama itu juga tidak sekadar menceritakan percintaan anak remaja, tetapi berfokus tentang bagaimana para remaja mengejar mimpi mereka masing-masing. Selain itu, persahabatan yang dimulai dari masa SMA juga menghiasi drama ini. Tentu itu sesuai dengan realita yang ada. Bukannya hanya tentang si kaya dan si miskin, membantah guru, dan berkata-kata kasar yang ujung-ujungnya disangka ‘keren’.  

Saya pun berharap drama Indonesia juga dapat mengusung tema yang beragam. Dengan begitu, drama Indonesia juga mampu bersaing dengan drama-drama luar negeri sehingga mampu menembus pasar luar negeri.

Seperti halnya perfilman Indonesia yang sudah terbilang sangat maju, bahkan mendapatkan apresiasi di luar negeri. Selain itu, saya juga nantinya drama Indonesia akan semakin berkembang dan maju.

Baca juga: Opini Kamu Berharga, Pesan dari Lagu “Cahaya” oleh Tulus

Editor: Cesilia Sasanda

Iska Pebrina

Penulis amatiran yang suka menulis ini dan itu. Instagram @iskafr

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *