BILIK SASTRA – Sobat BiSa suka menonton film horor? Bagi sebagian penikmat film, karya tersebut memberikan keseruan dan nuansa yang berbeda dari film lainnya. Terutama film Indonesia yang sering mengangkat budaya Indonesia dan membawa nama Indonesia sampai ke luar negeri. Karena itu, film Indonesia dengan genre tersebut memiliki pasar yang terbuka di kancah perfilman dunia.
Film horor Indonesia di hati penikmatnya
Dunia perfilman horor Indonesia tidak lepas dari sosok Suzanna atau yang sering kita kenal sebagai “Ratu Film Horor Indonesia”. Julukan tersebut tidak terlahir begitu saja, Suzzana sudah berkecimpung di film horor selama lima puluh tahun. Jadi, tidak heran sosoknya menjadi legenda di dunia perfilman horor klasik Indonesia.
Suzzana juga banyak membintangi film-film yang sangat sukses di pasaran. Melansir dari wikipedia.org, beberapa film tersebut seperti Bernafas dalam Kubur, Bumi Makin Panas, Pulau Cinta (1978) dan Ratu Ilmu Hitam (1981). Bagi para penikmatnya, film-film tersebut menjadi tontonan wajib.
Berangkat dari popularitas film yang dibintangi Suzanna, film bergenre tersebut mewarnai dunia perfilman Indonesia. Hampir sebagian besar film yang tayang di bioskop setiap tahunnya terisi oleh film horor. Hal tersebut menunjukkan bahwa popularitas film horor sudah mendapatkan tempat tersendiri bagi para penikmatnya.
Potensi di kancah perfilman internasional
Antusiasme penonton juga bisa menjadi parameter popularitas suatu film. Salah satu film yang mencuri perhatian masyarakat adalah film Pengabdi Setan yang ditulis dan disutradarai oleh Joko Anwar. Setelah sukses tayang di tanah air, film tersebut juga tayang di beberapa negara.
Di antaranya, seperti Malaysia, Singapura, Amerika Serikat, dan sebagainya. Bahkan sampai menorehkan prestasi sebagai “Film Horor Terbaik” dalam acara Toronto After Dark Film Festival yang diadakan di Kanada.
Penayangan film Indonesia di luar negeri merupakan salah satu prestasi yang sangat berarti untuk memperkenalkan karya anak bangsa. Bahkan film-film tersebut sempat tayang di festival film di luar negeri.
Misalnya saja Sebelum Iblis Menjemput (2018), Perempuan Tanah Jahanam (2019), Inang (2022). Selain itu, masih ada banyak film karya anak bangsa yang telah menorehkan namanya di kancah perfilman dunia.
Semua kesuksesan dan penghargaan tersebut menunjukkan bahwa film horor Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di kancah internasional. Hal tersebut juga memperlihatkan bahwa film-film karya anak bangsa mampu bersaing dengan film luar negeri.
Kearifan lokal jadi poin menarik
Keberhasilan tersebut juga sangat didukung oleh tema atau ceritanya. Film Indonesia dengan genre tersebut memiliki ciri khas tersendiri dari luar negeri. Ciri khas tersebut berasal dari tema ceritanya, seperti mitos, legenda, bahkan cerita rakyat yang ada di Indonesia.
Menurut saya, cerita-cerita yang lahir dari masyarakat tersebut merupakan kearifan lokal yang autentik dan unik serta warisan dari nenek moyang yang tetap lestari keberadaannya. Karena itu, film bergenre ini memiliki kekuatan di unsur kebudayaannya sehingga mampu bersaing di antara pesaing lainnya.
Selain itu, karakter-karakter yang muncul menjadi ikon dan poin menarik dari film bergenre tersebut. Misalnya, hantu-hantu lokal yang muncul dan menambah unsur kearifan lokal yang ada.
Dari potensi tersebut, saya pun berharap bahwa film horor Indonesia bisa semakin berkembang dan terus menorehkan prestasinya baik di dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, para penikmat film di Indonesia bisa mendukung film karya anak bangsa dengan genre lainnya.
Bagaimana Sobat BiSa? Sekarang tahu, kan, mengapa film horor tidak pernah absen dari layar lebar Indonesia. Dengan kualitas film horor Indonesia yang semakin berpotensi melebarkan sayapnya ke kancah internasional, tentu membuat kita menjadi semakin tertarik dengan film horor karya anak bangsa. Jadi, mulai sekarang mari kita bersama-sama mendukung film-film karya anak bangsa.
Editor: Iska Pebrina