Antologi Puisi: Nyanyian Nasib

Ilustrasi kumpulan puisi farhan
Sumber: canva.com

Penulis: A. Farhan 

Kita Pergi pada Amukan Malas

Kenapa waktu yang letih

Selalu meleburkan silau-silau kosong?

Bukankah kita pernah bersumpah pada musim,

Bahwa niat yang mujur akan menumpas segala buram?

Dan kejarlah sebagaimana siang kehilangan iba,

Dan imankan dadanya dengan nyanyian

Dan tampakkan kebingungan itu.

Kita terus bertamasya 

Sering kali dipatahkan gelisah 

Meniup peluit panjang 

Pemuja hasrat tetap berjalan

Sesuai ritme hari

Semoga amukan malas

Menutup pelupuk mata.

Darul Amin, 2023

Himne

Lebur laut, lebur ombak. 

Menolak seluruh badai

Memasuki gerbang- gerbang ilusi. 

Tubuhnya yang renta barangkali panggilan kekasih, 

Di tongkang pengangkut rezeki bermassal sayap malaikat. 

Mengepak kalimat puisi, seperti angin sakal, bajik menggores langit, 

Dengan bekal pas-pasan kini terbengkal hujan. 

Dan ombak terdengar murung

Nelayan akan tetap mencari muka

Pada tempelan pekat nasib.

Tangan mendayung

Kaki berseluncur

Keasinan rengkuh

Kita tenggelam di baringan laut.

Darul Amin, 2023

Baca juga: Antologi Puisi: Mengilhami Tubuh Puisi

Nyanyian Nasib

Saatnya aku menyanyikan lagi

Nyanyian yang digemari nenek moyang 

“Olle ollang, paraona alajara

Olle ollang, alajara ka Madhura

Olle ollang, mon lajar pon ebhabbhara

Olle ollang, ngalesser angen saghara”

Sesampainya angin tiba

Redamlah jumlah tangisan itu

Segala yang menuai 

Berenang pada lambang kealpaan

Tubuh menjelma asin 

Isyarat kembali ambang 

Menepi ke riuh bimbang

Gelombang di dada

Nasib tersangkut

Sirip ikan menyilau 

Jaring ikan menyelam

Gumpalan palka

Maju sebagai ruang karam.

Darul Amin, 2023

Menyapa Semesta 

Pohon ditimbun bangunan 

Gegabah langit tertimpa asap tebal 

Suram dan redup adalah busung dada

Diaduk dengan mesin instan 

Menyergap secepat angin.

Resah menerjemah situasi

Kita makin termenung

Diganjal tahun politik

Jangan diam 

Ada sesuatu yang sangat asing.

Darul Amin, 2023

Baca juga: Antologi Puisi: Hidup

Aku Pulang pada Dataran Pulau 

Aku pulang pada dataran pulau

Berlanjut demikian akrab

Menampung bayang-bayang

Sedepa kemudian 

Angin menerpa banyak sampan

Berlayar ke ujung nirwana 

Dibenahi gigil embun

Yang lekuk tubuhnya 

Dirancang sila-sila Tuhan

Kurangkul puncak penghabisan

Bersama laut dan maut biru 

Dan kutemukan hakikat

Akhir pekan malam 

Wajahnya tembus mata

Ternyata hati

Yang bisa meraba.

Darul Amin, 2023

Editor: Kru BiSa

Sobat BiSa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *