Penulis: Eliana Ratmawati
BILIK SASTRA – Sobat BiSa, tahukah kalian bahwa minat baca Indonesia sangatlah rendah? Dari banyaknya toko buku yang tutup, semakin banyak yang percaya akan berita mengenai berita yang berkaitan literasi tersebut.
Oleh sebab itu, kita sebagai generasi penerus bangsa harus melakukan sesuatu untuk meningkatkan minat baca di Indonesia. Salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah revolusi literasi. Hm … apa itu revolusi literasi?
Realitas minat baca Indonesia
Dengan perkembangan zaman yang semakin melesat, ponsel menjadi salah satu barang yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk untuk mencari informasi.
Bukan tanpa alasan, mencari informasi menggunakan ponsel memang lebih mudah dan praktis. Namun, hal ini pula yang memengaruhi rendahnya minat baca di Indonesia.
Salah satu fakta yang mengejutkan adalah UNESCO menyebutkan Indonesia berada dalam urutan ke-2 dari bawah mengenai literasi. Berdasarkan data UNESCO, minat baca di Indonesia hanya sekitar 0,0001 % dan itu tergolong sangat rendah.
Artinya, hanya ada 1 orang Indonesia yang rajin membaca dari 1.000 orang Indonesia. Sangat memprihatinkan, bukan?
Penyebab rendahnya minat baca Indonesia
1. Terbatasnya akses ketersediaan buku dan perpustakaan
Sebenarnya, rendahnya minat baca di Indonesia dapat dijelaskan oleh beberapa faktor. Pertama, akses terhadap buku dan perpustakaan yang terbatas, khususnya di daerah pedesaan dan terpencil. Perpustakaan yang terbatas dan minimnya toko buku menyulitkan masyarakat untuk mengakses bahan bacaan yang beragam.
2. Harga buku yang tidak murah
Faktor ekonomi juga memegang peran signifikan dalam rendahnya minat baca. Harga buku yang cenderung tinggi membuatnya sulit dijangkau oleh sebagian besar penduduk, terutama yang berpenghasilan rendah. Buku pun sering dianggap sebagai barang mewah.
Bahkan, sebagian besar keluarga mungkin lebih memilih untuk mengalokasikan uangnya untuk kebutuhan sehari-hari daripada untuk membeli buku. Ketika harga buku menjadi hambatan, minat baca pun cenderung ikut menurun.
3. Pesatnya perkembangan teknologi
Selain itu, pergeseran budaya dan gaya hidup juga berdampak pada minat baca. Teknologi digital dan media sosial telah mengubah cara kita berinteraksi, terutama dalam mencari informasi dan hiburan.
Banyak orang yang lebih tertarik untuk menghabiskan waktu luang dengan mengeksplorasi media sosial, menonton video di platform streaming, atau bermain game daripada membaca buku. Masyarakat modern lebih menyukai hiburan yang instan.
Oleh sebab itu, minat membaca buku, terutama buku fisik, semakin menurun.
Revolusi literasi melalui pendidikan
Di era globalisasi ini, kemampuan untuk membaca dan memahami teks adalah keterampilan yang sangat penting. Rendahnya minat baca dapat menghambat kemajuan individu dan bangsa.
Kita perlu menyadari bahwa minat baca bukan hanya masalah individu, melainkan masalah yang akan memengaruhi masa depan. Untuk mengatasinya, kita perlu menginisiasi sebuah revolusi literasi yang mencakup seluruh lapisan masyarakat.
Pendidikan memainkan peran kunci dalam membangun minat baca yang kuat. Di sekolah, guru dapat menjadi agen perubahan dalam mendorong minat baca di kalangan siswa. Mereka dapat menciptakan lingkungan yang mendukung membaca dan menghadirkan buku-buku yang menarik.
Program-program literasi perlu ada peningkatan, termasuk melalui kegiatan membaca bersama dan mendiskusikan buku-buku yang dibaca.
Selain di sekolah, perlu ada kampanye nasional untuk mempromosikan literasi. Kampanye semacam itu dapat melibatkan berbagai pihak. Program-program literasi harus dirancang untuk mencakup seluruh masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Salah satu langkah yang dapat kita ambil adalah mengadakan festival buku dan menggelar kegiatan-kegiatan yang mendukung minat baca di komunitas-komunitas lokal.
Peran teknologi dalam revolusi literasi
Di era digital, teknologi juga dapat meningkatkan minat baca. Aplikasi e-book dan platform bacaan digital telah membuat buku lebih mudah diakses.
Aplikasi tersebut juga memungkinkan kita untuk membawa ribuan buku dalam satu perangkat. Hal itu juga dapat menjadi solusi bagi mereka yang memiliki kendala akses terhadap buku fisik.
Selain itu, media sosial dan blog literasi dapat membantu mempromosikan budaya membaca. Masyarakat dapat berbagi rekomendasi buku, ulasan, dan pemikiran mereka tentang literatur. Hal ini dapat menciptakan komunitas pembaca yang kuat dan mendukung. Jika digunakan dengan bijak, teknologi dapat menjadi alat meningkatkan minat baca, bukan malah menjadi penghalang.
Meningkatkan minat baca di Indonesia adalah tugas kita bersama. Dengan revolusi literasi, kita dapat membangun masa depan yang lebih cerah untuk generasi mendatang.
Revolusi ini harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat, dari pemerintah dan lembaga pendidikan hingga masyarakat umum. Penting untuk memahami bahwa minat baca adalah investasi untuk kemajuan individu dan bangsa.
Dengan memperluas akses terhadap buku, mempromosikan budaya membaca, dan memanfaatkan teknologi dengan bijak, kita dapat memulai perubahan yang akan membawa manfaat besar bagi perkembangan bangsa ini.
Revolusi literasi adalah perjalanan yang harus kita tempuh bersama. Yuk, kita bersama-sama rajin membaca buku untuk meningkatkan minat baca di Indonesia!
Editor: Iska Pebrina
Sumber:
Teknologi Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos. Kominfo.go.id. 19 September 2023. https://www.kominfo.go.id/content/detail/10862/teknologi-masyarakat-indonesia-malas-baca-tapi-cerewet-di-medsos/0/sorotan_media#:~:text=Fakta%20pertama%2C%20UNESCO%20menyebutkan%20Indonesia,1%20orang%20yang%20rajin%20membaca
Minat Baca Untuk Indonesia Berkemajuan. Sman1kutasari.sch.id. 20 September 2023. https://www.sman1kuta
sari.sch.id/berita/detail/428633/minat-baca-untuk-indonesia-berkemajuan
“Membaca, to kill time or to full time”. Djkn.kemenkeu.go.id. 19 September 2023. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-sidempuan/baca-artikel/15159/Membaca-to-kill-time-or-to-full-time.html