Penulis : Nathania Sasi
BILIK SASTRA – Apa yang terlintas dalam benak Sobat BiSa jika mendengar istilah Gen Z? Generasi gaul? Suka healing? Mental health? Gadget?
Jika berbicara mengenai Gen Z, tidak menampik bahwa istilah tersebut memang erat kaitannya dengan gadget dan teknologi, ya. Lalu, bagaimana jika kita mengaitkan Gen Z dengan sastra Indonesia?
Hm … masih ada, nggak, sih, Gen Z yang tertarik dengan dunia sastra, khususnya sastra Indonesia?
Apa itu Gen Z?
Generasi Z atau Gen Z adalah generasi yang lahir pada tahun 1997 sampai dengan 2012. Gen Z lahir di era digital sehingga mereka tumbuh dengan media sosial dan smartphone.
Di samping pengaruh-pengaruh positif, hal ini ternyata memiliki pengaruh negatif pula. Gen Z dianggap sebagai generasi yang kecanduan teknologi dan cenderung melupakan bahasa Indonesia baku ketika berkomunikasi.
Dalam artikelnya yang berjudul Four Reasons Generation Z will be the Most Different Generation, Ryan Jenkins menyatakan bahwa Gen Z mempunyai perspektif dan preferensi yang berbeda daripada generasi-generasi sebelumnya.
Beberapa karakteristik Gen Z adalah multitasking, up to date terhadap teknologi, berpikiran terbuka mengenai isu-isu yang ada, serta mudah menerima perbedaan dan budaya baru.
Kaitannya dengan sastra Indonesia
Seiring berkembangnya zaman, kebudayaan dan bahasa pun turut berkembang. Keberadaan bahasa Indonesia yang secara tata bahasa baik dan benar, mulai ikut terkena dampaknya.
Mungkin kalian juga sudah menyadari bahwa Gen Z cenderung lebih banyak menggunakan kosakata baru yang menjadi cikal bakal bahasa gaul. Gen Z senang mencampurkan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, dengan bahasa Indonesia.
Sementara itu, sastra erat kaitannya dengan bahasa. Dalam penggunaannya, kata sastra biasa ditambahkan awalan su, menjadi susastra yang berarti “hasil karya yang baik dan indah”. Menurut saya, keberadaan sastra di era Gen Z dapat lebih berkembang jika melihat dari karakteristik Gen Z sendiri.
Bagaimana Gen Z menanggapi sastra dan bahasa Indonesia?
Melalui penelitiannya, Lutfiyanti (2022) menyimpulkan bahwa eksistensi penggunaan bahasa Indonesia di kalangan Gen Z terancam karena cenderung menggunakan bahasa nonformal dalam kesehariannya. Bahkan, hanya beberapa dari mereka yang paham mengenai bahasa Indonesia yang baku.
Berdasarkan hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI), peminat yang membaca karya sastra Indonesia hanya mencapai 6,2% pada survei tahun 2017 lalu. Hal ini menjadi tugas bagi tenaga pendidik untuk terus mendorong dan menanamkan pentingnya membaca, terutama karya-karya sastra.
Peranan yang sebenarnya dapat Gen Z lakukan dalam dunia sastra
- Mengekspresikan sastra
Bila memiliki pandangan yang sangat terbuka dengan isu-isu di lingkungan sekitar, peran Gen Z juga bisa mengekspresikannya ke dalam bentuk sastra.
Maksudnya bentuk sastra bukan berarti hanya dalam bentuk karya tulis saja. Namun, bisa mengekspresikannya ke dalam teater atau drama. Hal ini secara tidak langsung akan menyebarkan sastra kepada khalayak umum, sekaligus memperkaya sastra.
- Diskusi bahasa
Seperti yang saya sudah bahas di atas, Gen Z banyak menggunakan bahasa gaul dalam kesehariannya. Menurut saya, hal ini justru dapat menjadi diskusi menarik untuk perkembangan kebahasaan di Indonesia.
Pembahasan ini mungkin dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul terkait sastra, seperti “apakah sastra hanya terpaku pada bahasa Indonesia baku yang baik dan benar?”
- Mengoptimalkan literasi digital
Keuntungan hidup di era digital membuat Gen Z mendapat kemudahan untuk mengakses banyak platform digital yang dapat digunakan untuk literasi digital, seperti blog, website, dan media sosial.
Gen Z dapat menyampaikan banyak hal terkait bahasa dan sastra melalui unggahan di platform-platform tersebut. Bentuk penyampaiannya pun beragam, bisa dengan tulisan, audio, visual, maupun audio visual.
Nah, jika peran Gen Z mau mengoptimalkan peranan-peranan di atas, maka Gen Z sudah turut berperan aktif dalam pengembangan sastra di Indonesia, loh. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, semakin mencintai sastra dan kembangkan kemampuanmu di bidang sastra!
Editor: Iska Pebrina
Sumber:
“Survei: Pembaca Sastra Indonesia hanya 6,2%”, Medcom.id. 26 Oktober 2023. https://www.medcom.id/nasional/peristiwa/PNgJ8ZRK-survei-pembaca-sastra-indonesia-hanya-6-2
“Kesadaran Generasi Z Akan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar”, Kumparan.com. 26 Oktober 2023. https://m.kumparan.com/garry-pakpahan/kesadaran-generasi-z-akan-bahasa-indonesia-yang-baik-dan-benar-1v0fGsQMZCI/2
Lutfiyanti. (2022). “Perspektif Generasi Z terhadap Eksistensi Bahasa Indonesia di Abad ke-21”. 26 Oktober 2023. https://bidikmisi.iainkediri.ac.id/perspektif-generasi-z-terhadap-eksistensi-bahasa-indonesia-di-abad-ke-21