Dune: Part Two (2024), Perjalanan Spritual yang Memukau

Ilustrasi film dune part two
Sumber: imdb.com

Penulis: Febryan Kusumawardhana

BILIK SASTRA – Tahukah Sobat Bisa bahwa pada tanggal 28 Februari 2024 kemarin, penggemar film sci-fi akhirnya mendapatkan suguhan karya film yang sangat menarik dari seorang sutradara asal Kanada, Denis Villeneuve. 

Setelah sukses di film pertamanya, Dune hadir menyapa penggemarnya dengan kelanjutannya. Film Dune: Part Two ini pun langsung diramaikan oleh para penggemar dan penonton setianya. 

Film yang diadaptasi dari buku dengan judul yang serupa ini memberikan pengalaman sinema yang benar-benar menarik. Lantas, bagaimana kisah yang ada dalam film ini? berikut ulasannya.

Sinopsis film Dune: Part Two

Film Dune: Part Two ini melanjutkan cerita perjalanan spiritual dari film pendahulunya yang rilis pada tahun 2021. Mengisahkan seorang anak muda bernama Paul Atreides (Timothee Chalamet) yang bertemu dengan seorang wanita dari fraksi Fremen bernama Chani (Zendaya).

Mereka berdua berusaha untuk membalaskan dendam terhadap kematian keluarga Atreides. Paul harus menghindari potensi buruk yang terjadi di masa depan yang menghantuinya melalui mimpi-mimpi serta ramalan-ramalan.

Cerita yang semakin kompleks

Perlu kita ingat bahwa film ini benar-benar lanjutan langsung dari film pendahulunya sehingga penonton harus menonton film pendahulunya. Jika Sobat BiSa ingin benar-benar paham mengenai konflik yang terjadi pada film Dune: Part Two, kamu bisa menonton film pertamanya di platform streaming Netflix.

Paul Atreides yang kini hidup bersama fraksi Fremen berusaha untuk menguak siapa dalang dari kematian keluarga Atreides. Pada film keduanya, tentu saja perkara mengenai rempah-rempah masih ada. Mengingat bahwa rempah-rempah adalah komoditas utama pada film ini. 

Perjalanan spiritual Paul Atreides juga masih memberikan dinamika yang sangat menarik. Pasalnya, sebagai seorang manusia yang diramalkan menjadi seorang penyelamat tentu saja Paul memiliki kepercayaan diri yang rendah.

Kompleksitas cerita yang semakin berat ini melibatkan banyak aspek. Mulai dari kisah asmaranya dengan Chani, ramalan-ramalan mengenai Paul di masa depan, hingga konflik sosial kaum Fremen terhadap suatu kepercayaan tradisional. 

Baca juga: Film Her (2013): Mencintai Diri Sendiri

Alur lambat, tetapi membuat ketagihan

Semua hal tersebut diceritakan secara lambat pada film ini. Hal itu yang menjadi ciri khas dari sang sutradara Denis Villeneuve pada karya-karya sebelumnya. Jujur saja, lambatnya tempo penceritaan pada film ini sedikit membuat bosan dan mengantuk.

Terlebih pada bagian awal film. Namun, jika penonton sudah sampai di bagian tengah hingga akhir rasanya penonton akan semakin terikat dengan film ini.

Tokoh antagonis yang lebih bengis

Jika pada film sebelumnya, keluarga Harkonnen sangat bertumpu pada jendralnya yang bernama Rabban (Dave Bautista), pada film keduanya ini keluarga Harkonnen menghadirkan tokoh antagonis yang jauh lebih bengis. Ia bernama Feyd-Rautha Harkonnen. 

Penggambaran tokoh antagonis antara Rabban dan Feyd-Rautha (Austin Butler) benar-benar berbeda. Rabban digambarkan sebagai sosok jendral yang benar-benar kuat secara fisik dan keras.

Berbeda dengan Feyd-Rautha, ia lebih kejam karena hadir sebagai seorang sosiopat dengan kecerdasan yang sangat tinggi serta kemampuan bertarung yang baik. 

Berikan pengalaman audio visual yang indah

Tidak sah rasanya membicarakan film Dune: Part Two tanpa menyinggung audio dan visualnya yang benar-benar memukau. Dari kualitas audio–termasuk scoring–, Denis Villeneuve menggandeng kembali seorang komposer asal Jerman, Hans Zimmer.

Tidak seperti karya sebelumnya, penonton benar-benar dihadapkan oleh sosok Hans Zimmer yang berbeda. Jika kamu sebelumnya pernah menonton film yang pengisian musik oleh Hans Zimmer, ia benar-benar bermain dengan melodi seutuhnya dan itu yang membuat beliau sangat ikonik hingga saat ini. 

Berbeda pada film Dune : Part Two, Hans Zimmer mengisi musik pada film ini yang terdengar seperti efek-efek suara. Hal tersebut menghasilkan suatu kombinasi yang unik terhadap film itu sendiri. Meskipun hal yang sama terjadi juga di film pendahulunya, tetapi klimaks konflik benar-benar terasa secara audio pada film ini.

Perkara visual, film ini tentu jauh lebih mewah dan lebih intimidatif secara penceritaan ketimbang film pendahulunya. Mulai dari kekosongan gurun pasir yang terasa mencekam ketika hanya ada teknologi yang keluarga Harkonnen kendalikan dan seekor cacing pasir raksasa yang keduanya mengancam fraksi Fremen yang hidup secara gerilya di padang pasir.

Baca juga: Film Barbie (2023): Angkat Kisah Barbie ke Layar Lebar

Nikmati Dune: Part Two di IMAX

Sebagai film yang sangat indah secara audio dan visual, rasanya sangat disayangkan jika kamu hanya ditonton di studio yang biasa. Maka dari itu, IMAX adalah jawaban dari pencarian keindahan pada film ini. 

Saya sarankan untuk menikmati film ini di IMAX dan mengambil tempat duduk di deretan F sampai H yang mana posisinya di tengah dan simetris. Semua visual yang ditayangkan akan sangat imersif, dan audio yang dibunyikan sangat menggelegar.

Itu dia ulasan mengenai film Dune: Part Two yang sukses memukau penonton lewat cerita, visual, hingga audionya. Bagi Sobat BiSa yang ingin menontonya, kamu bisa menunggu filmnya tayang di platform streaming. Kamu juga bisa menonton cuplikanya di sini.

Editor: Iska Pebrina

Sobat BiSa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *