Teori Relativitas Linguistik: Cara Manusia Berpikir dari Lensa Bahasa

ilustrasi teori relavitas linguistik
Sumber: freepik.com

Penulis: Febryan Kusumawardhana

BILIK SASTRA- Seperti yang Sobat BiSa ketahui, bahasa adalah suatu sistem yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain. Sebagai suatu substansi sistem, bahasa memiliki aturan dalam penggunaan, makna, dan bentuk. 

Melihat dari substansinya, De Saussure menyatakan bahwa bahasa adalah sebuah sistem yang memiliki susunan tersendiri. Secara substansial, bahasa mempunyai kaitan dengan masyarakat, kebudayaan, dan pikiran penuturnya, bahkan dengan dunia secara umum.

Dalam teori relativitas linguistik, bahasa berperan besar dalam membangun sebuah peradaban dan budaya. Ingin tahu lebih lanjut mengenai teori satu ini? Simak penjelasannya yang menarik untuk diketahui di bawah ini.

Peran bahasa dalam sebuah peradaban

Sebelum mengetahui teori relativitas bahasa, ketahui terlebih dahulu peran bahasa dalam membangun sebuah peradaban.

Bahasa memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan setiap manusia. Bukan hanya mengkomunikasikan satu pikiran ke pikiran lainnya, tetapi bahasa juga menjadi alat untuk memupuk pertemanan, bahkan hingga mengikat kebudayaan. 

Beberapa peran bahasa dalam sebuah peradaban manusia, yaitu sebagai berikut :

1. Alat untuk Berpikir 

Bahasa bisa dikatakan sebagai alat manusia untuk berpikir. Manusia berpikir melalui bahasa. 

Meskipun tidak mengeluarkan suara, proses berpikir bisa terganggu jika seorang manusia tidak memiliki kecakapan bahasa.

2. Media untuk Berekspresi

Bahasa merupakan media untuk mengekspresikan perasaan dan pengalaman manusia. Manusia mengekspresikannya melalui gestur dan tanda-tanda.

3. Media untuk Berkomunikasi

Seperti keseharian manusia, manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Kemunculan globalisasi membuat manusia di seluruh dunia mampu saling berkomunikasi dan bertukar ide. 

Walaupun kemajuan teknologi telah menjadi media perantara untuk berkomunikasi, kita tetap tidak dapat menyangkal peran yang dimainkan oleh bahasa.

4. Pengembang Moralitas

Bahasa juga memiliki keterkaitan dengan perkembangan moral pada anak kecil. Proses pengembangan moral pada anak kecil dimulai pada umur 18 bulan. 

Anak kecil belajar benar dan salah melalui perkataan orang tuanya. Sehingga, bahasa merupakan pertanda dari kesadaran dan membantu manusia  untuk melihat sesuatu yang bisa disetujui. 

Baca juga: Mengenal Apa itu Sastra, Fungsi, dan Nilai Estetikanya

Apa itu teori relativitas bahasa?

Melalui hubungan antara bahasa, budaya, dan pikiran manusia, Sapir dan Whorf merumuskan teori relativitas linguistik.

Teori tersebut menyatakan bahwa orang berbicara dengan cara yang berbeda karena mereka berpikir dengan cara yang berbeda. Teori tersebut diperkuat dengan adanya pernyataan bahwa struktur bahasa—yang sebagaimana digunakan secara terus menerus—memengaruhi cara seseorang berpikir dan berperilaku. 

Contoh sederhana dari hipotesis Sapir-Whorf adalah penggunaan kata dan waktu, dalam Bahasa Indonesia konsep waktu diungkapkan secara tidak spesifik, seperti kemarin, hari ini, atau besok. 

Hal ini dapat mempengaruhi cara orang berpikir tentang waktu karena pemahaman waktu di bahasa Indonesia tidak seketat bahasa Inggris.

Dalam bahasa Inggris, ada istilah seperti past tense, present tense, dan future tense sehingga orang yang berbicara dalam bahasa Indonesia mungkin tidak selalu memikirkan waktu dengan cara yang kaku seperti dalam bahasa Inggris yang lebih terstruktur.

Dampak teori relativitas bahasa pada konsep ruang

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kehadiran bawah memberikan dampak pada cara berpikir manusia pada pemahaman waktu dan aspek lainnya. Salah satunya pada konsep ruang.

Bahasa dibedakan dari caranya mendeskripsikan hubungan ruang. Seperti bahasa Indonesia yang memiliki kata untuk setiap proposisi tempat.

Contohnya seperti apel di dalam plastik dan sebuah surat di dalam amplop. Setiap kata tempat yang terkandung dalam kalimat tersebut konsisten menjelaskan letak suatu objek. 

Pembanding yang kontras bisa diambil dari bahasa Korea. Bahasa tersebut memisahkan antara “yang ketat” dan yang longgar. 

Sebagai contoh menaruh sebuah apel dalam plastik memerlukan istilah penghubung yang berbeda dari menaruh surat di dalam amplop karena contoh pertama adalah contoh dari apa yang disebut “longgar” dan yang kedua disebut sebagai “yang ketat”.

Lebih lanjut, terdapat sebuah penelitian yang dilakukan oleh Levinson pada tahun 1966. Melalui penelitiannya tersebut, Levinson menyatakan bahwa mayoritas bahasa (Inggris dan Belanda) sangat mengandalkan pada istilah-istilah ruang yang relatif untuk mendeskripsikan relativitas tempat suatu objek. 

Maka dari itu, pemaparan di atas menjelaskan bahwa kerangka referensi dan perbedaan yang disediakan oleh bahasa seseorang. Hal tersebut mungkin memberikan kendala penting pada pemikiran spasial seseorang.

Dampak hipotesis pada konsep waktu

Bahasa juga berbeda dari satu dan lainnya perihal mendeskripsikan waktu sehingga memberikan dampak yang signifikan terhadap cara orang memandang dan mengalami waktu. 

Hal ini bisa dilihat melalui struktur bahasa yang digunakan untuk merujuk waktu, serta bagaimana hubungan antara waktu dengan tindakan, pengalaman, atau konsep lainnya diwujudkan dalam bahasa sehari-hari.

Struktur bahasa suatu komunitas tertentu dapat membentuk cara mereka memandang waktu. Contohnya dalam bahasa Indonesia sering kali menggunakan ungkapan waktu yang berbasis pada perasaan atau pengalaman langsung (seperti “hari ini”, “besok”, “kemarin”). 

Berbanding terbalik dengan bahasa Inggris atau bahasa Prancis yang memiliki struktur waktu yang lebih baku terhadap konsep kronologis dan penggunaan tenses yang lebih rumit. 

Sebagai contoh, bahasa Inggris menggunakan tenses (waktu lampau, kini, dan mendatang) dengan cara yang sangat baku. Seperti halnya sebuah kalimat yang tertulis “I ate pizza yesterday.” (saya makan pizza kemarin), yang menunjukkan waktu yang pasti dan terorganisir dengan sangat jelas. 

Teori relativitas linguistik semacam ini menjelaskan bahwa bahasa mempengaruhi cara manusia memandang dan mengalami waktu. 

Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi, tetapi juga sebagai pembentuk persepsi dan pengalaman manusia terhadap dunia. 

Perbedaan dalam cara berbagai bahasa mengatur konsep waktu menunjukkan bahwa tidak ada satu cara universal untuk memandang waktu, melainkan cara pandang ini sangat bergantung pada bahasa yang digunakan dalam masyarakat tertentu.

Dampak teori relativitas bahasa pada konsep objek

Menurut teori relativitas linguistik Sapir-Whorf, bahasa mempengaruhi cara manusia memahami bentuk dan hakekat dunia. Bahasa tidak hanya mencerminkan realitas, tetapi juga membentuk cara manusia memberi makna pada pengalaman.

Dalam konteks tersebut, bahasa memiliki peran penting dalam mempengaruhi persepsi manusia terhadap kategori-kategori dasar seperti bentuk, objek, dan sifat-sifat mereka.

Dalam konteks bentuk suatu objek, bahasa memperlakukan benda atau objek dengan cara yang sangat terikat pada gender atau kelas gramatikal (seperti bahasa Prancis dan bahasa Jerman), yang dapat mempengaruhi cara orang berpikir tentang objek tersebut. 

Seperti kata “kunci” (Schlüssel) adalah maskulin dalam bahasa Jerman, sedangkan dalam bahasa Prancis, kata “kunci” (clé) adalah feminin. Gender yang terkandung pada gramatikal seperti ini memperkuat pandangan tertentu mengenai karakteristik objek, apakah itu lebih “maskulin” atau “feminim”, meskipun sifat-sifat ini sebenarnya tak dimiliki oleh objek secara objektif. 

Menurut teori relativitas linguistik Sapir-Whorf, bahasa tidak hanya sekedar alat untuk berkomunikasi, tetapi membentuk cara manusia melihat dunia, termasuk bagaimana manusia memandang bentuk dan hakekat objek. 

Meski begitu, pemahaman seseorang terhadap dunia sangat bergantung pada kategori linguistik yang tersedia dalam bahasa mereka.

Artinya, bisa saja termasuk dalam kategori relativitas yang lemah, di mana bahasa mempengaruhi persepsi. Namun, tak menghalangi kemampuan berpikir universal, atau mungkin termasuk dalam kategori relativitas kuat yang mana bahasa membatasi kemampuan untuk memahami konsep yang tidak terwakili secara linguistik. 

Baca juga: Hermeneutika: Memaknai Tidak Pernah Sesulit Ini

Bahasa menyadarkan manusia terhadap realitas

Teori Sapir-Whorf pada akhirnya menyatakan bahwa bahasa bukanlah hanya sekedar alat untuk berkomunikasi, tetapi juga membentuk cara manusia berpikir dan memahami dunia. 

Bahasa mempengaruhi kategori-kategori mental yang manusia gunakan untuk mengorganisir pengalaman, dan memberikan batasan atau fokus pada aspek-aspek tertentu dari realitas. 

Secara keseluruhan, Sapir-Whorf berargumen bahwa cara manusia berpikir, melihat, dan memaknai dunia lewat bahasa yang digunakan. 

Setiap bahasa memberikan struktur dan cara tertentu untuk memahami dunia, yang bisa membentuk persepsi kita terhadap ruang, waktu, objek, dan hubungan sosial.

Demikian penjelasan mengenai teori relativitas linguistik yang mengungkapnya cara berpikir manusia dari sudut pandang bahasa. Dari teori tersebut, bahasa berperan besar pada kehidupan manusia secara keseluruhan. Semoga dapat menambah wawasan Sobat BiSa!

Editor: Kru BiSa

Referensi

Banga, Lal Chaman. (2015). Role of Language in Human Life.

Boroditsky, Lera. (2006). Linguistic Relativity.

Hussein, Basel Al-Sheikh. (2012). The Sapir-Whorf Hypothesis Today

Jufrizal, dkk. (2007). Hipotesis Sapir-Whorf dan Struktur Informasi Klausa Pentopikalan Bahasa Minangkabau. 

Lucy, A. John. (1997). Linguistic Relativity.Sugianto, Alip, dkk. (2018). Sapir Whorf Hypothesis and its Relevance to the Language Expression “Bombongan” in Ethnic Java of Panaragan. http://eprints.umpo.ac.id/6259/1/9.%20Hipotesis%20Shapir%20Whorf_.pdf

Sobat BiSa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *