BILIK SASTRA– Sobat BiSa sering nggak menyebut air mineral dengan sebutan ‘aqua’? Atau menyebut pasta gigi dengan sebutan ‘odol’? Padahal, Odol dan Aqua adalah salah satu merek dalam suatu produk, lho! Nah, kalau dalam ilmu linguistik peristiwa ini merupakan metonimia. Fenomena ini nyatanya banyak kita temui di kehidupan sehari-hari. Yuk, kita simak penjelasannya!
Apa itu metonimia?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Kelima, metonimia merupakan majas berupa pemakaian nama ciri atau hal yang dikaitkan dengan orang, barang, atau hal lain sebagai penggantinya. Oleh karena itu, metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan kata lain untuk menyatakan suatu hal.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat banyak memakainya untuk menyebutkan nama barang dengan nama merek atau label produk yang menjadi acuannya. Lalu, apa saja contohnya yang bisa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari?
Baca juga: Homonimi dan Polisemi: Satu Kata, Beda Makna
Contoh metonimia
Apa saja dampak penggunaannya dalam masyarakat?
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali menyebutkan label atau merek produk daripada menyebutkan barang yang diacu. Akibatnya, label-label tersebut lebih melekat di benak kita dari pada nama suatu barang atau produk. Secara tidak langsung, kita justru mempromosikan produk dari label-label yang mereka sebutkan.
Baca juga: Idiom Bahasa Indonesia: Pengertian, Fungsi, dan Contohnya
Lalu, bagaimanakah contoh penggunaan metonimia dalam kehidupan sehari-hari?
Tahukah kamu bahwa metonimia cukup sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari? Agar kamu memahami fenomena linguistik ini, berikut contoh penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, saat seseorang haus dan ingin membeli air mineral, alih-alih mengatakan air mineral, ia justru mengatakan aqua. Meskipun yang dia beli air mineral dari merek lain.
Misalnya lagi, saat perempuan sedang dalam masa menstruasi dan ingin membeli pembalut, beberapa orang cenderung menggunakan kata softex alih-alih pembalut. Meskipun pembalut yang dibeli bisa saja pembalut merek selain Softex.
Jadi, kita bisa menyimpulkan bahwa adanya fenomena kebahasaan ini membuat kata ganti itu (merek suatu barang) berubah menjadi makna lebih generik karena dapat mewakili atau mencakup merek lain dari suatu produk.
Nah, sekarang Sobat BiSa jadi tahu, ‘kan, bahwa penyebutan-penyebutan suatu label atau merek produk untuk mengacu suatu barang memiliki istilah sendiri dalam linguistik, yaitu metonimia. Selain itu, Sobat BiSa juga jadi mengetahui bahwa metonimia merupakan suatu fenomena bahasa.
Editor: Iska Pebrina