Dendam Diam: Kumpulan Puisi Lalik Kongkar

ilustrasi dendam diam puisi lalik kongkar
Sumber: canva.com

Penulis: Lalik Kongkar

Tarian Rindu

Menari dalam lautan kesunyian

Ditemani rintik hujan kerinduan

Syahdunya desir dedaunan 

Menentramkan hati dan pikiran

Kesuksesan yang sebenarnya bukanlah materi 

Tapi adalah kedamaian di hati

Maka menarilah kau bersama rindu 

Agar hatimu tak selalu sendu

Selembar Foto Usang

Duhai kau yang memupuk rindu pada selembar foto usang itu

Lupakan kau bahwa hati mudah berontak 

Bahwa raga sukar menyepi

Dan bahwa rasa cuma sesaat

Lupakan kau bahwa janji kerap berlaku ingkar

Bahwa setia tidak pernah ada

Dan bahwa cinta tak memiliki mata

Lupakan kau bahwa ruang melahirkan orang

Bahwa jauh menggariskan jarak dan bahwa jarak melupakan waktu

Baca juga: Melepasmu Pergi

Dendam Diam

Rindu mengetuk

Lewat hal-hal yang tak bisa dijelaskan

Dan kenangan membakar habis air mata

Dan tangis yang kau lihat pecah adalah dendam yang tertahan

Dan rindu mengetuk di awal malam

Lewat hal-hal yang tak bisa dijelaskan

Dan ingatan lampau tak ingin mampir 

Dan harapan-harapan yang kau lihat pudar adalah ingin paling kuat

Dan rindu mengetuk di awal malam yang diam

Lewat hal-hal yang tak mungkin bisa dijelaskan 

Lewat samar wajah yang tak bisa dibayangkan

Lewat lirih suara yang tak bisa didengarkan

Lewat rona mata yang tak bisa digambarkan

Lewat indah bibir yang tak bisa dirasakan

Aku dendam, rindu dan diam,

Riuh yang Semu

Kau termenung menatap matahari yang terbenam di ujung pulau

Lebih dari itu, aku terpanah melihat senja yang tenggelam di retina matamu

Saat hari gelap, matahari terlelap 

Matamu mengembun menyiratkan ratap

Sesuatu akan meledak di rongga dadamu

Beribu tanya dalam kepala menyerbu

Kau terdiam kaku

Lidahmu bergetar kelu

Ada yang lebih kau benci dari gelap 

Terang yang fana

Riuh yang semu

Dan bayang yang perlahan lindap

Kau tergelak dalam buaian gelap

Tak ada yang menyadari matamu sembab

Tak tersentuh pipi basahmu

Kau bebas patah sejadi-jadinya 

Kakimu terseok-seok berlari

Bayangmu tertimbun labirin sunyi 

Semakin jauh

Semakin tak terjamah

Ada yang lebih kau takuti dari senyap 

Tawa yang palsu

Bahagia yang terbungkus empedu

Dan bebas yang terbelenggu

Kau ingin mendekam dalam labirin sunyi itu

Matamu lebih tenang dengan gelap

Ragamu damai dalam senyap 

Dibanding harus menyantap riuh yang semu

Jika riuh bagimu semu

Tak masalah aku memekat menjadi gelap

Yang melebur dalam darahmu

Mengabdi bersamamu

Baca juga: Puisi Sunyi Menaungi Kelam Kabut

Kerinduan

Adakah engkau di sana sepertiku

Memasuki dunia hayalanku yng mencaci

Aku berhayal berduaan denganmu

Di mana aku dapat tertawa bersamamu, menggenggam tanganmu

Wahai cintaku di sana 

Mengapa kau tak mengenaliku

Kau tak tahu apa yang ada di hatiku

Kau tak tahu jika aku memandangi wajah indahmu

Adakah engkau di sana sepertiku

Yang tidak sadarkan diri akan cinta yang bersemi

Yang tak mampu mengucapkan kedalaman kerinduan

Saat berhadapan denganmu

Aku yang terkurung di ruang cinta dan kerinduanku

Tak dapat berucap padamu, bahkan walau telah menyentuhmu

Setiap menatap matamu terasa menusuk ke jantung hatiku

Engkau cintaku

Engkau rinduku

Rindu tak bertuanku

Editor: Kru BiSa

krubisa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *