“Pak! Pak! Kita harus cepat, Pak!” Teriakan menggelegar itu sontak mengagetkan Pak Bagus yang sedang bersantai di teras rumah sambil menyesap kopi. Seketika lidah Pak Bagus terasa perih akibat kopi yang diminumnya itu. Bahkan kaus singlet yang dipakainya menjadi kotor akibat terciprat kopi itu.
“Ada apa toh, Bu? Pagi-pagi sudah ribut saja,” keluh Pak Bagus sembari menaruh kopinya, takut-takut kopi itu akan tumpah lagi. Tanpa peringatan, Bu Tukiem langsung menghampiri suaminya di teras rumah. “Pak, pokoknya kita harus cepat-cepat membeli kebutuhan pokok keluarga kita,” jelasnya dengan menggebu-gebu sampai membuat suaminya terheran-heran.
“Tenang, Bu. Memangnya ada apa? Sepertinya dalam waktu dekat ini Ibu tidak ada acara arisan atau acara kumpul keluarga besar di rumah,” jawab suaminya itu seraya mengarahkannya untuk duduk sejenak.
“Bukan seperti itu, Pak. Itu Ibu melihat di grup WA arisan kalau mulai besok harga bahan pokok di Warung Pak Bejo akan naik. Jadi, kita harus cepat, Pak!” jelasnya dengan raut khawatir dan panik yang terukir di wajahnya.
Pak Bagus yang melihat kekhawatiran istrinya itu juga menjadi ikut panik. Dia takut harga bahan pokok di warung naik. Warung Pak Bejo sudah lama menjadi satu-satunya warung terlengkap dan termurah di kampung. Jadi, berita kenaikan harga itu tentu saja mengagetkan warga terutama pasutri itu.
Mereka berdua sama-sama kalut dalam pikirannya. Di tengah kekalutan itu, Bu Siti yang baru saja berbelanja dari Warung Pak Bejo lewat depan rumah Pak Bagus. Dia melihat dua kondisi pasutri itu yang tidak biasa. “Pagi, Pak Bagus, Bu Tukiem. Pagi-pagi kok sepertinya sudah lesu gitu? Kenapa toh?” tanyanya penuh rasa penasaran.
“Pagi, Bu Siti. Oh iya! Ibu Siti sudah tahu belum kalau harga bahan pokok di Warung Pak Bejo bakal naik mulai besok?” jawab Bu Tukiem sembari mendekati Bu Siti.
“Hah! Masa sih, Bu? Baru saja saya dari Warung Pak Bejo, tapi harganya masih normal, Bu,” kaget Bu Siti sambil mencoba untuk mencerna informasi yang cukup mengejutkan itu.
“Itu kan hari ini, Bu. Yang saya bicarakan ini besok. Ibu pasti belum update berita di grup arisan,” Ucap Bu Tukiem.
Baca juga: Lahirnya Pengusaha Baru
Karena penasaran, Bu Siti pun segera membuka grup arisan yang dibicarakan Bu Tukiem. Benar saja grup itu sudah ramai membicarakan harga bahan pokok di Warung Pak Bejo yang akan naik. Raut cemas dan khawatir memenuhi wajah Bu Siti.
“Apa kata saya tadi, mulai besok harga bahan pokok mulai naik. Ibu nggak percaya, sih,” ucap Bu Tukiem sambil menyilangkan tangannya di depan dada.
“Iya juga, ya, Bu. Gimana, ya, Bu? Mana bulan depan anak-anak ada acara wisata dari sekolahnya. Pengeluaran pasti membludak.” cemas Bu Siti kepada Bu Tukiem.
“Pokoknya hari ini kita harus cepat, Bu. Kita harus segera membeli kebutuhan pokok selagi harganya belum naik. Ibu-ibu yang lain juga sekarang pasti sedang antre berebut di Warung Pak Bejo takut kehabisan bahan-bahan pokok,” tegas Bu Tukiem.
Bu Siti yang juga cemas, ditambah provokasi dari Bu Tukiem, tanpa berpikir dua kali langsung mengiakan ajakan Bu Tukiem untuk membeli kebutuhan pokok di Warung Pak Bejo. Bu Tukiem yang merasa tenang karena ada teman untuk pergi bersama bergegas meminta uang kepada suaminya. Pak Bagus tak bisa menghalangi dan menghentikan istrinya itu. Ia pun langsung memberikan sejumlah uang yang dirasa cukup untuk membeli beberapa kebutuhan pokok.
Padahal hari itu sudah lewat jadwal Bu Tukiem untuk belanja bulanan, tetapi berita tersebut membuat pasutri itu seperti kebakaran jenggot. Mereka bersikeras untuk membeli kebutuhan pokok di hari itu juga. Tanpa memedulikan hal lain, Bu Tukiem pun berpamitan untuk membeli kebutuhan pokok dengan Bu Siti.
Sesampainya di sana, mereka sudah diperlihatkan dengan jumlah antrean ibu-ibu lain yang sudah membawa belanjaannya. Bu Tukiem dan Bu Siti sempat khawatir jika bahan pokok di warung Pak Bejo sudah habis. Mereka pun segera meluncur ke rak bahan pokok. Benar saja kekhawatiran mereka. Hampir sebagian besar bahan pokok sudah ludes dibeli. Raut kekecewaan tersirat di mata keduanya.
Bu Tukiem yang merasa kecewa dan marah pergi ke arah antrean. Seperti anjing yang lepas dari kekangannya, Bu Tukiem memarahi dan mencoba merebut belanjaan milik orang lain. Ia merasa tidak terima dan meluapkan kemarahannya. Pertikaian pun tak dapat dihindarkan.
Bu Siti yang mencoba menenangkan Bu Tukiem malah ikut terseret pertikaian itu. Keadaan makin memanas kala ibu-ibu lainnya ikut terlibat dalam pertikaian. Segala tindak perlawanan dapat terlihat, seperti menarik baju, menjambak rambut, mencakar satu sama lain, serta tidak lupa segala nama binatang keluar dalam setiap perkataan.
Di tengah kekacauan itu, Pak Bejo dan Bu Bejo segera menghampiri mereka dan mencoba untuk menenangkan keributan yang sedang terjadi di warung mereka.
“Ibu-ibu, tenang! Jangan bertengkar! Coba kita bicarakan baik-baik! Jangan pakai kekerasan!” teriak Pak Bejo. Berharap mereka tenang dan berhenti bertengkar.
Beberapa saat kemudian, keadaan pun mulai tenang. Bu Tukiem sudah ada di sisi yang aman dan ibu yang menjadi sasaran Bu Tukiem ada di seberangnya. Melihat kondisi yang sudah aman terkondisi, Bu Bejo mulai bertanya kepada Bu Tukiem.
“Bu Tukiem kenapa mencoba merebut belanjaan Bu Ratna? Apa Bu Ratna ada salah sama Ibu?” tanya Bu Bejo pada Bu Tukiem.
“Saya kesal, Bu. Hampir semua bahan pokok di warung ini sudah habis. Padahal mulai besok harga di warung Bapak dan Ibu akan naik, makanya ibu-ibu berbondong-bondong membeli bahan pokok sebelum kehabisan. Sejujurnya saya takut kejadian kelangkaan dan kenaikan minyak goreng kemarin kembali terjadi. Jadi, saya cepat-cepat ke sini untuk membeli kebutuhan pokok itu,” jelas Bu Tukiem dengan nada khawatir.
Baca juga: Harapan Secarik Kertas
Para pembeli lainnya pun langsung menganggukkan kepala mendengar perkataan Bu Tukiem. Bu Bejo yang mencoba memahami situasi itu menghela napas dan mencoba meluruskan kesalahpahaman itu.
“Ibu-ibu, memang benar mulai besok harga bahan pokok di warung saya akan naik, tapi kenaikan harga itu tidak sampai menyebabkan kelangkaan minyak goreng seperti yang kejadian kemarin. Ibu-ibu juga tidak perlu khawatir bahan pokok di sini akan habis karena saya dan Bapak sudah mengantisipasinya kalau-kalau stoknya akan habis,” jelas Bu Bejo.
Bu Tukiem dan ibu-ibu lainnya merasa tenang setelah mendengar penjelasan dari Bu Bejo. Kesalahpahaman itu pun perlahan membaik. Bu Tukiem dan Bu Ratna juga berbaikan dan saling meminta maaf.
Setelah itu, Bu Tukiem segera berpamitan pulang kepada Bu Bejo, Bu Siti, dan yang lainnya. Rasa malu memenuhi dirinya, tetapi saat itu dia juga merasa lega. Rumor kenaikan harga pokok memang membuatnya kalut sedari pagi. Bu Tukiem pun kembali ke rumah dengan membawa berita itu kepada keluarganya.
Editor: Iska Pebrina