BILIK SASTRA – Sobat BiSa, tidak terasa sebentar lagi libur Natal dan tahun baru. Apakah Sobat BiSa sudah merencanakan untuk pulang ke rumah? Momen akhir tahun memang menjadi momen berharga yang sangat dinantikan.
Apalagi bagi orang tua yang sudah merindukan anak-anaknya. Kerinduan tersebut juga dirasakan oleh sosok Ibu dalam film pendek berjudul Natalan yang tayang pada tahun 2015 lalu.
Sinopsis film pendek Natalan
Film pendek berjudul Natalan ini disutradarai oleh Sidharta Tata. Film yang berdurasi 28 menit ini menceritakan penantian seorang Ibu (Mien Brodjo) akan kepulangan anaknya, Resnu (Ramon Y Tungka). Resnu sudah berjanji pada ibunya untuk pulang bersama istrinya, Dinda (Clara Soetedja), ke Yogyakarta dan merayakan misa malam Natal bersama.
Si Ibu yang sudah lama tidak bertemu dengan anak dan menantunya itu pun menjadi tidak sabar menyambut mereka. Sejak pagi, Ibu sudah mulai membersihkan kamar anaknya dan pergi berbelanja ke pasar.
Namun, Tin—orang yang membantu bersih-bersih di rumah Ibu—harus pergi ke Wonosari. Sebenarnya, Tin khawatir meninggalkan Ibu sendirian, tetapi Ibu menyakinkan Tin bahwa ia akan baik-baik saja karena anak dan menantunya akan segera datang.
Sementara itu, saat perjalanan menuju Yogyakarta, Resnu dan Dinda terjebak macet. Mereka pun akan sedikit terlambat sampai di rumah. Sepanjang perjalanan, Resnu juga memperlihatkan ekspresi yang gelisah, tidak seperti kebanyakan orang saat akan pulang kampung. Saat Ibu beberapa kali meneleponnya, Resnu pun tidak menjawabnya.
Kerinduan akan momen kumpul keluarga
Film tersebut mengangkat tema cerita yang kerap kali terjadi di masyarakat. Momen kumpul keluarga mungkin terlihat seperti kegiatan sederhana, tetapi bagi sebagian orang momen tersebut menjadi sebuah momen berharga yang sangat dinantikan.
Secara tidak langsung, film ini juga ikut mengajak penonton untuk merenungkan tentang kapan terakhir kita pulang dan berkumpul dengan keluarga di rumah.
Alur ceritanya membuat penonton terhanyut dengan perasaan sang Ibu yang menunggu anaknya. Selain itu, kita juga turut merasakan dilema dan kegelisahan yang Resnu rasakan sebagai seorang anak. Oleh karena itu, film ini pun berhasil menyentuh hati para penontonnya.
Berikan pesan mendalam mengenai keluarga
Sayangnya, takarir hanya tersedia bahasa Inggris. Tidak ada takarir dalam bahasa Indonesia yang mungkin saja menyulitkan penonton di luar Jawa untuk memahami keseluruhan cerita. Selain itu, ada beberapa adegan yang audionya tidak terlalu terdengar dengan jelas. Meski begitu, hal tersebut tidak memengaruhi pesan yang disampaikan dalam film.
Melalui film pendek Natalan ini, Sidharta Tata ingin menyampaikan pesan mengenai betapa berharganya momen berkumpul bersama dengan keluarga. Meski terlihat sederhana, momen itu seringkali terlupakan. Oleh karena itu, libur akhir tahun ini bisa kita jadikan sebagai waktu untuk berkumpul dan bercengkrama dengan keluarga.
Nah, apakah akhirnya Resnu dan ibunya dapat berkumpul dan merayakan Natal bersama? Jika penasaran akan kelanjutan kisahnya, Sobat BiSa dapat menontonnya di kanal YouTube Kebon Studio Film atau mengeklik tautannya di sini.
Editor: Iska Pebrina