BILIK SASTRA – Sobat BiSa tentu sering mendengar tentang tata krama, ‘kan? Tata krama merupakan suatu aturan atau norma yang mengatur perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Tata krama juga dapat diartikan sebagai sopan santun atau etika yang harus dipatuhi oleh setiap orang.
Tak heran, tata krama penting untuk kita pelajari dan praktikkan di kehidupan sehari-hari. Nah, film pendek TOPI Tindak, Tanduk, Subasitu merupakan salah satu film yang mengangkat tema tentang tata krama masyarakat Jawa.
Sinopsis film pendek TOPI Tindak, Tanduk, Subasita
Film ini diawali dengan seorang anak SD, Gesang, yang berangkat menuju sekolah diantar oleh sang kakek menggunakan sepeda. Di tengah perjalanan, Gesang menanyakan beberapa peribahasa Jawa pada kakeknya.
Hari itu, Gesang akan melakukan upacara di sekolah, tetapi dia meninggalkan topinya. Gesang pun meminta kakek menghentikan sepedanya dan berniat untuk mengambil topinya yang tertinggal di rumah. Namun, kakeknya berkata akan mengambilkannya dan meminta Gesang menunggu.
Kemudian, alur cerita berjalan mundur pada satu jam sebelum Gesang dan kakeknya berangkat sekolah. Di sana, ibunya sedang menyiapkan sarapan sementara Gesang sudah berseragam lengkap dengan topi di kepalanya.
Namun, saat kakaknya, Sabrang, sedang menyisir rambut, Gesang juga berinisiatif untuk menyisir rambutnya sehingga dia melepas topinya. Karena ibunya menyuruh mereka segera sarapan, Gesang pun lupa untuk memakai topinya kembali.
Saat sedang sarapan, banyak sekali tindakan yang mencerminkan tata krama dalam budaya Jawa. Misalnya saja, saat Sabrang ingin mengambil nasi dengan tangan kiri, ibunya langsung menegur dan menasihatinya untuk menggunakan tangan kanan saat mengambil makanan.
Tata krama masyarakat Jawa dalam film pendek TOPI Tindak, Tanduk, Subasita
Budaya Jawa terkenal dengan tata kramanya yang halus dan penuh makna. Tata krama atau unggah-ungguh merupakan norma yang mengatur perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Di dalamnya, juga mencerminkan nilai-nilai luhur seperti rasa hormat, kesopanan, dan kerendahan hati.
Tata krama metode pewarisannya secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, sebagai masyarakat Jawa sudah sepatutnya untuk memperhatikan tata krama yang sudah ada. Wujud dari tata krama terdiri dari berbagai aspek, mulai dari cara berbicara, berperilaku, hingga berpakaian.
Dalam film pendek TOPI Tindak, Tanduk, Subasitu, kita dapat melihat beberapa tata krama budaya Jawa yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh dalam film ini, seperti sang Ibu yang menasihati Sabrang agar tidak bersiul di dalam rumah. Bersiul dalam rumah dianggap sebagai tindakan yang kurang sopan dan takutnya akan menjadi kebiasaan bahkan saat bertamu di rumah orang lain.
Lalu, saat Sabrang ingin mengambil makanan dengan tangan kiri, ibunya kembali menegurnya agar mengambil makanan dengan tangan kanan. Memang tangan kanan maupun kiri itu baik, tetapi untuk mengambil makanan lebih baik menggunakan tangan kanan sebagai bentuk menghargai makanan dan kesopanan.
Baca juga: Film Pendek Ibu Ora Sare, Pengorbanan yang Disalahpahami
Angkat tata krama yang menjadi kearifan lokal
Tak hanya itu, film pendek TOPI Tindak, Tanduk, Subasita ini juga mengajarkan tata krama saat sedang makan, yaitu tidak mengecap. Selain itu, ada juga tata krama memberikan benda tajam ke orang lain.
Saat ibu mereka melihat ada gunting di meja makan, ibunya meminta Gesang untuk mengambil dan menyerahkannya. Namun, Gesang memberikannya dengan sisi tajam mengarah ke ibunya, lalu Sabrang menegurnya dan membalik sisi tajamnya untuk dipegang oleh Gesang.
Kemudian, film ini juga memperlihatkan tata krama saat akan melewati seseorang. Saat Gesang dan teman-temannya hendak pulang setelah bermain layang-layang, mereka melewati seorang pria yang tengah berada di kebun. Oleh sebab itu, mereka mengucapkan ‘permisi’ saat melewati pria itu.
Selain itu, masih banyak sekali tata krama masyarakat Jawa yang bisa kita lihat dalam film. Ternyata, tata krama dalam masyarakat Jawa sangat detail, mulai dari cara makan hingga cara berperilaku.
Pentingnya ajarkan tata krama sejak dini
Karakter Gesang dan Sabrang memperlihatkan bahwa mereka berdua sudah diajarkan tata krama sejak dini oleh ibu dan kakeknya sehingga mereka tahu bagaimana caranya bersikap dan berperilaku. Jika salah satu dari mereka melakukan hal yang menyeleweng dari tata krama yang ada, ibunya juga akan langsung menasihati dan memberitahu mereka.
Dalam masyarakat Jawa, tata krama penting untuk diajarkan sejak dini karena dapat membentuk karakter seseorang. Sama halnya seperti Gesang dan Sabrang yang sudah belajar tata krama sejak dini sehingga mereka memiliki karakter yang baik dan memiliki rasa sopan santun.
Tak hanya itu, tata krama juga penting untuk menunjukkan rasa hormat, seperti saat melewati seseorang yang lebih tua. Mereka mengucapkan permisi dengan bahasa yang sopan. Begitu pula saat Gesang berbicara pada gurunya. Hal itu menunjukkan adanya rasa hormat pada orang yang lebih tua, baik dalam berperilaku maupun berbahasa.
Selain itu, tata krama juga menjaga keharmonisan sosial. Gesang yang sudah belajar mengenai tata krama tahu bagaimana caranya bersikap. Misalnya, saat dia dan temannya akan bermain layangan. Namun, layangan salah satu temannya rusak. Gesang akhirnya memberikan layangan untuk temannya itu agar mereka bisa bermain bersama.
Baca juga: Film Pendek Bapak: Kasih Sayang dan Perhatiannya Sosok Bapak
Soundtrack yang sarat makna
Film pendek TOPI Tindak, Tanduk, Subasita memiliki soundtrack berjudul “Subasita” yang diciptakan oleh Candra dan Danang. Bagian lirik dalam lagu tersebut memiliki makna yang menarik karena dalam liriknya mengajarkan mengenai tata krama dasar masyarakat Jawa.
Ditimbali sing enggal nyauri
Yen dituturi ora pareng mangsuli
Nyuwun pangapunten yen arep nyelani
Mesti kepenak dirasakke ning ati
Lirik di atas memiliki arti mengenai dasar dari tata krama, seperti menjawab saat dipanggil, tidak boleh menyela saat dinasihati, dan meminta izin jika ingin menyela pembicaraan.
Ojo lali pamit yen lelungan
Nderek langkung yen liwat tiyang jagongan
Basane ditata yen matur wong tua
Maturnuwun kanthi mesem yen tetampa
Lirik selanjutnya memiliki arti mengenai tata krama berperilaku, khususnya pada orang yang lebih tua. Misalnya, jika ingin bepergian tidak lupa untuk memberitahu, mengatakan permisi saat melewati seseorang yang sedang duduk, berbicara dengan bahasa yang sopan pada orang tua, dan mengucapkan terima kasih dengan senyum saat mendapatkan sesuatu.
Subasita penting kanggone manungsa
Agawe rukun lan uripe santosa
Subasita iku warisan budaya
Mula to kanca ayo padha tindakna
Terakhir menjelaskan mengenai pentingnya budi pekerti bagi manusia yang membuat hidup menjadi rukun dan sentosa. Dalam lirik ini juga dijelaskan bahwa budi pekerti atau tata krama adalah warisan budaya yang harus kita jaga dengan cara mempelajari dan mengamalkannya.
Nah, setelah membaca ulasan mengenai film pendek TOPI Tindak, Tanduk, Subasita, apakah Sobat BiSa menjadi lebih memahami mengenai tata krama masyarakat Jawa? Atau bahkan kamu ingin mulai mempelajari dan mengamalkan tata krama tersebut?
Bagi yang masih penasaran akan kelanjutan cerita apakah ibu Gesang berhasil memberikan topinya tepat waktu atau tidak, kamu bisa tonton filmnya di sini, ya!