Rosie (2024) : Debut Album Rosé yang Kurang Identitas

album rosie
Sumber: spotify.com

Penulis: Febryan Kusumawardana

SOBAT BISA – Penyanyi keturunan Selandia Baru dan Korea Selatan, Rosé, merilis album perdananya pada 6 Desember 2024 lalu, bertajuk Rosie. Album tersebut Rosé rilis setelah meninggalkan YG Entertainment dan Interscope Records pada tahun 2023. 

Menggandeng sejumlah kolaborator, salah satunya adalah Bruno Mars. Album ini mengusung genre yang cukup variatif mulai dari ballad, pop, hingga pop-punk. Kira-kira hal menarik apa saja yang ada pada album Rosie? Simak ulasannya di bawah ini.

 Berawal dari hubungan yang toxic

Berjumlah sebanyak 12 lagu, melalui album ini, Rosé menceritakan kejujurannya kala ia menjalani sebuah hubungan yang toxic ketika ia masih berumur 20-an awal. Berangkat dari pernyataannya tersebut, ia berharap bahwa pendengar mampu merasakan keterkaitannya. 

Hal ini juga terlihat dari judul-judul lagunya bahkan lirik. Albumnya memiliki kesan penuh dengan dilema antara ingin lepas dari hubungan yang toxic atau malah menetap. Meski begitu, Rosé menjelaskan bahwa hubungan toxic yang tidak harus ketika mempunyai pacar, tetapi juga bisa dalam segala hal. 

Baca juga: Ghosts I-IV (2008): Melamun Juga Butuh Musik

Diawali dengan lagu yang sangat depresif

Jika pendengar berekspektasi kalau album ini akan sangat energik seperti saat ia di Blackpink, atau mungkin seperti “APT” yang benar-benar liar layaknya pop-punk di kala tahun 1990-an akhir yang juga sekaligus mengguncang dunia musik global, di album ini, Rosé membawa pendengar ke suasana yang lebih tenang. 

Diawali dengan balada number one girl yang sangat depresif akan pencarian validasi. Rosé seakan merasakan kesepian yang mendalam dan bahkan rela melakukan apapun untuk menjadi wanita satu-satunya. 

Secara persona, lagu number one girl adalah favorit saya. Lagu tersebut benar-benar emosional dan kontemplatif. Terlebih lagu ini didominasi piano yang seakan mengiringi perjalanan Rosé dalam depresinya atas pencarian akan validasi. 

Lagu utama APT yang ikonik di album Rosie

Setelah lima lagu yang masih memiliki suasana yang kurang lebih mirip, akhirnya pendengar akan mendengarkan lagu fenomenal dan enerjik, yaitu, “APT”. Bersama dengan Bruno Mars, Rosé membawa pendengar kembali ke zaman era-era pop-punk yang begitu liar, dan nakal. 

Pola drum yang ikonik, serta vibe yang mengingatkan pendengar pada Avril Lavigne. Hal tersebut membuat album Rosie setidaknya memberikan pendengar untuk bersenang-senang sejenak, sebelum nantinya akan dibuat patah hati lagi. 

Ditutup dengan lagu optimisme

Balada gitar not the samemenunjukkan Rosé yang sudah muak terhadap kebohongan serta kesia-siaan terhadap suatu hubungan. Meskipun liriknya cukup generik, vokal Rosé memberikan gambaran akan kemarahannya terhadap hal tersebut. 

Secara komposisi, lagu “not the same” banyak menggunakan instrumen gitar, dengan tempo yang relatif cukup cepat. Namun, terdapat bagian menjadi agak mengganggu adalah efek suara di bagian akhir lagunu. Kesannya terlalu mendadak sehingga rasa akustik yang harusnya “mentah” harus sedikit terganggu dengan efek tersebut. 

Setelah melewati curhatan Rosé yang depresif dan kontemplatif, akhirnya album ini ditutup dengan jiwa optimisme melalui lagu dance all night. Lagu ini seakan menunjukkan titik balik Rosé setelah mengalami berbagai macam ketakutan dan keraguan. Lirik-liriknya menunjukkan betapa Rosé sudah menjadi kepribadian yang lebih kuat daripada sebelumnya.

Baca juga: “Aku Ingin Jatuh Cinta”, Andina Resmi Rilis Single Kedua

Album Rosie terasa tidak terlalu unik

Ketika melihat daftar lagunya, saya berpikir bahwa album ini pasti mengusung tema patah hati yang sangat kuat. Namun setelah melihat bahwa lagu “APT”, saya bingung mengenai konsistensi tema yang ingin Rosé sampaikan melalui album ini dengan lagu tersebut. 

Terlebih lagi transisi dari “APT” ke lagu selanjutnya terkesan sangat mendadak, sehingga suasananya tidak begitu terasa, terlebih lagi durasi lagunya terhitung cepat. Kesannya “APT” dipaksakan untuk masuk ke dalam album ini. 

Album ini juga merupakan album yang biasa saja bagi saya, tidak ada yang spesial, mengapa begitu? Sebagian besar lagu yang terdapat dalam album ini tidak memberikan identitas yang kuat akan Rosé, bahkan lebih mirip ke Taylor Swift, Olivia Rodrigo, dsb, sehingga tidak terlihat keunikan dari Rosé. 

Lirik-liriknya pun tidak sedalam itu sebenarnya. Rasanya jika membandingkan antara sebagian besar lirik-lirik lagu di album ini dengan tema patah hati kebanyakan tidak dapat saya temukan perbedaan yang signifikan untuk membuat Rosé lebih menonjol. 

Walaupun begitu, album ini menjadi batu loncatan yang menarik untuk Rosé pasca ia meninggalkan YG Entertainment. Anggap saja ini pemanasan bagi Rosé untuk nantinya mungkin merilis album lagi yang lebih menonjolkan keunikannya. 

Itu dia ulasan mengenai album Rosie oleh Rosé pada akhir tahun 2024 lalu. Lagu-lagu dalam album tersebut bisa Sobat BiSa dengarkan di berbagai platform streaming musik, seperti Spotify, Apple music, hingga YouTube Music.

Editor: Iska Pebrina

Sobat BiSa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *