Penulis: Agil Wahyu Wicaksono
BILIK SASTRA – Momen masa kecil seperi apa yang Sobat BiSa masih ingat? Tidak dapat kita pungkiri bahwa masa kecil merupakan kisah nyata yang terjadi secara alami atau tanpa rekayasa. Banyak kejadian yang bisa dilakukan tanpa adanya unsur setting-an. Itulah yang menjadi daya tarik utama yang tersaji dalam film ini.
Pada film pendek Anak Lanang, atau dalam bahasa Indonesia berarti anak laki-laki mengisahkan sebuah cerita tentang kehidupan sosial masyarakat. Kultur budaya yang beragam tertuang dalam durasi yang sangat singkat.
Bahkan, banyak sekali plot twist yang ada di film ini. Lalu, seperti apa sih ceritanya? Mari simak artikel berikut ini.
Sinopsis film pendek Anak Lanang
Film pendek Anak Lanang menceritakan empat anak SD yang membahas kehidupan sehari-hari mereka di atas becak saat pulang sekolah. Hal yang film ini bahas seperti siswa baru di sekolah mereka, pekerjaan rumah (PR), rencana bermain Playstation (PS), hingga Hari Ibu.
Cerita bermula dengan pertengkaran antara dua tokoh, yaitu Yudho dan Danang. Karena sangat kesal, Danang dan dua temannya harus menunggu lama saat Yudho membeli jajanan. Cerita pun berlanjut pada topik PR dan tugas dari sekolah. Salah satu tokoh bernama Sigit begitu baik hati karena ingin membagikan hasil PR-nya di grup WhatsApp mereka.
Lain halnya dengan Samsul, tokoh yang gemar bermain PS. Sedangkan Yudho dan Danang pun terus saling mengejek dengan mengandalkan ibu masing-masing. Pertengkaran antar keduanya pun bukan tanpa alasan. Mereka ternyata bersaudara, namun tidak seibu.
Yudho dan Danang adalah anak dari seorang bapak yang berpoligami. Danang merasa iri dan protes kepada ayahnya, karena Yudho lebih diperhatikan dibandingkan dengannya.
Baca juga: Film Pendek TOPI Tindak, Tanduk, Subasita: Tata Krama Masyarakat Jawa
Anak adalah cermin bagi orang tuanya
Adanya ungkapan bahwa anak, dalam hal ini anak laki-laki, pasti akan mengambil sifat dari seorang Ibu. Hal itu sangat jelas ditampakkan dalam film pendek Anak Lanang yang menjadi hal unik dan menonjol.
Setiap karakter yang diperankan dalam film ini pun demikian. Masing-masing anak memiliki tugas untuk membawakan sifat ibunya. Baik secara positif maupun negatif, hak itu juga menjadi realita di kalangan masyarakat.
Pola asuh yang tampak dalam film ini memiliki perbedaan. Bentuk perhatian, kasih sayang, dan tanggung jawab tersampaikan cukup tersirat. Memang benar adanya, jika buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Paparan digitalisasi pada anak kecil
Memang sudah eranya semua serba digital, semua tinggal klik. Percepatan jaringan dan maraknya gadget menjadi panorama 5.0 digitalisasi. Bahkan, hal itu dapat memberikan kemudahan maupun kegundahan bagi siapapun.
Era digitalisasi bisa dikatakan memudahkan karena apapun bisa diakses secara online. Setiap kalangan memiliki kesibukan masing-masing dengan adanya kemudahan tersebut. Terlebih lagi media sosial yang sudah menjadi jamur bagi semua orang.
Hal ini juga sangat berpengaruh bagi anak kecil. Kebiasaan yang biasanya bermain dengan teman sebaya, kini waktunya dihabiskan dalam gadget. Seperti akses media sosial, melihat tontonan edukasi, bahkan hanya untuk bermain game.
Baca juga: Film Dokumenter Saat Orang Baik (Tidak) Diam, Wujud Kolaborasi
Kekeliruan konsep budaya yang sudah menjalar
Kita tahu bahwa sampah seharusnya dibuang di tempatnya. Hal itu tak lain untuk mengurangi bau busuk dan penyebaran penyakit. Namun, masyarakat atau bahkan kita sendiri masih saja demikian. Tindakan sepele membuang sampah sembarang masih menjadi problematika di lingkungan.
Terbukti pada percakapan antar tokoh, banyaknya pembuangan sampah di sepanjang jalan. Sebenarnya itu juga sangat mengganggu lalu lalang pengendara, namun juga banyak yang acuh tak acuh. Pesan tersirat tersebut sangat tergambar pada film pendek Anak Lanang.
Nah, itulah Sobat BiSa kisah dari film pendek Anak Lanang. Sebuah karya film dari Wahyu Agung Prasetyo yang telah meraih banyak penghargaan. Tentunya, film ini sangat menarik untuk ditonton karena banyak selipan pesan sosial didalamnya.
Film ini sangat cocok untuk Sobat BiSa yang merindukan interaksi dengan teman masa kecil. Mungkin juga bagi Sobat BiSa yang sedang mencari rekomendasi film pendek karya anak bangsa. Bagi yang penasaran, kalian bisa menontonnya di sini.
Editor: Iska Pebrina