Penulis : Franzeska Aurellia Oenang
BILIK SASTRA – Apakah Sobat BiSa pernah bertemu dengan seseorang yang suka menjelek-jelekkan selera bacaan seseorang ketika tidak sesuai dengan selera bacaannya? Misalnya, sobat biasanya membaca buku novel, tetapi teman sobat biasanya membaca buku filsafat. Lalu, teman sobat menjelek-jelekkan sobat akibat perbedaan selera bacaan tersebut. Wah, cukup menyebalkan, bukan?
Fenomena sejenis ini masih cukup sering terjadi, dan malah menimbulkan kesan yang kurang menyenangkan terhadap sesama penikmat buku. Biasanya, hal ini sering disebut dengan fenomena book snob. Pas sekali, pada artikel kali ini, kita akan mengulas lebih lanjut tentang book snob ini.
Apa itu book snob?
Book snob merupakan sebutan untuk seseorang yang memandang rendah orang lain yang memiliki preferensi bacaan yang berbeda dan menganggap bahwa bacaannya adalah superior. Mereka berfokus pada perbedaan selera bacaan dibandingkan dengan perhargaan akan keberagaman jenis bacaan yang ada dalam dunia literasi.
Sayangnya, minat baca masyarakat menjadi menurun karena adanya kaum book snob ini. Hal ini dikarenakan para pembaca merasa tidak pede dengan preferensi dan minat bacaannya sendiri karena takut dipandang aneh dan dihujat oleh kaum tersebut.
Baca juga: Bibliophobia, Fobia Unik Akan Buku
Apakah bacaan yang berkualitas hanya bacaan “berat” saja?
SoBat BiSa juga mungkin sering mendengar istilah bacaan yang berat. Bacaan yang berat seringkali merujuk pada materi yang bersifat akademis dan memerlukan kemampuan intelektual yang tinggi untuk bisa memahaminya.
Namun, bacaan yang berkualitas itu tidak hanya terbatas pada bacaan secara akademis, tetapi bisa mencakup berbagai jenis materi bacaan, seperti fiksi dan nonfiksi.
Sobat perlu mengetahui minat, kebutuhan, dan tujuan dari sebuah bacaan agar dapat memperoleh informasi dan pengetahuan yang relevan. Sehingga informasi dan pengetahuan yang ada pada bacaan tersebut bisa tersampaikan dengan baik dan jelas.
Bahaya fenomena book snob
Tentu saja fenomena book snob ini dapat memberikan dampak negatif dalam dunia literasi sendiri. Misalnya, seseorang yang merasa bahan bacaannya paling keren, sifat superioritasnya akan meremehkan bacaan yang dibaca oleh pembaca dengan perbedaan selera.
Baca buku hanya menjadi ajang pamer semata, demi prestise. Membaca buku bukan lagi dianggap sebagai kegiatan yang menyenangkan dan bervariasi, tetapi dijadikan ajang semata untuk pamer dan merendahkan jumlah maupun referensi jenis bacaan seseorang.
Hal ini dapat menyebabkan hilangnya empati dan lunturnya pemahaman penghargaan akan perbedaan jenis-jenis bacaan yang ada.
Baca juga: Sedang Trending, Apa itu FOMO?
Jangan meremehkan selera bacaan seseorang yang berbeda!
Pentingnya memiliki dan menumbuhkan rasa empati di dalam diri kita, terutama dalam hal menghargai keragaman jenis bacaan yang ada dan selera bacaan seseorang. Bagi beberapa orang, mereka dapat meraih kepuasan dengan membaca buku nonfiksi. Namun, bagi sebagian orangnya lagi, mereka mendapat kepuasan dari membaca buku fiksi.
Keragaman bahan bacaan seseorang hendaknya kita pahami dan hayati sebagai sebuah kekayaan yang ada dalam dunia literasi. Tentunya ketika bertemu dengan orang yang memiliki pengetahuan dan sudut pandang berbeda dari kita dan dapat bertukar pikiran satu sama lain.
Sekarang Sobat BiSa sudah dapat pengetahuan baru mengenai sebuah fenomena yang ada di dalam dunia literasi, yaitu book snob. Dari sini, kita dapat mengambil pesan moral betapa pentingnya menghargai keberagaman jenis bacaan dan menghargai selera bacaan yang berbeda dari setiap orang.
Dengan begitu, kita tidak memandang sebelah mata mengenai perbedaan preferensi yang ada. Apakah orang sekitar Sobat BiSa banyak juga yang ternyata seorang book snob?
Editor: Iska Pebrina
Informasi yang sangat bermanfaat bersifat menambah wawasan. Good Job Aurel.