Penulis: Salisa Putri Fathica
BILIK SASTRA – Tak terasa hari lebaran sudah di depan mata. Hari-hari menjelang lebaran ini, tentu banyak di antara Sobat BiSa yang melakukan mudik ke kampung halaman. Kegiatan mudik ini sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia ketika bulan Ramadan.
Tradisi ini bukan sekadar fenomena sosial biasa, tetapi merupakan sebuah ritual tahunan yang telah mendarah daging dalam budaya bangsa. Tradisi mudik tidak semata-mata langsung hadir di tengah masyarakat, tetapi tradisi ini memiliki sejarah yang panjang.
Jika Sobat BiSa penasaran, seperti apa, sih, sejarah dan asal usul tradisi mudik ini? Mari kita bahas bersama!
Mengenal tradisi mudik
Sebelum membahas asal usul tradisi mudik, ketahui terlebih dahulu pengertian mudik itu sendiri. Melansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik memiliki dua arti yang berbeda, yaitu mudik (berlayar, pergi) ke udik (hulu, pedalaman) dan mudik juga berarti pulang ke kampung halaman.
Mudik adalah sebuah tradisi yang telah menjadi budaya Indonesia. Tradisi ini biasanya terjadi pada saat Hari Raya Lebaran atau Idulfitri. Di mana orang-orang yang berada di berbagai kota di Indonesia pulang ke kampung halaman untuk berkumpul bersama keluarga dan saudara.
Melansir dari laman Itjen Kemdikbud, mudik atau pulang kampung biasanya masyarakat Indonesia lakukan sebagai bentuk penghormatan kepada kedua orang tua dan keluarga besar di kampung halaman. Selain itu, sebagai bentuk intropeksi diri untuk memperbaiki kehidupan mereka ke depannya.
Mudik juga sebagai bentuk rasa syukur mereka atas keselamatan dan kesehatan yang Tuhan berikan sehingga dapat berkumpul lagi bersama keluarga besar setiap tahunnya.
Baca juga: Warisan Budaya Tak Benda: Pengertian, Jenis, dan Contohnya
Sejarah dan asal usul tradisi mudik
Asal usul tradisi mudik sudah ada sejak zaman dahulu. Ketika Kota Jakarta masih bernama Batavia, pada saat itu banyak suplai yang dimiliki adalah hasil bumi masyarakat Indonesia.
Para petani dan pedagang di luar kota Batavia yang ingin masuk ke kota tersebut untuk memperoleh suplai, mereka menggunakan transportasi jalur sungai bahkan berjalan kaki. Dari peristiwa tersebut, muncul istilah milir-mudik, yang artinya menuju ilir dan menuju udik atau hulu. Istilah mudik pada saat itu para pedagang gunakan untuk pulang menuju ladang atau rumahnya yang berada di hulu.
Pada tahun 1960-1970, istilah mudik masyarakat Indonesia pakai ketika mulai terjadi urbanisasi dan menjadi asal usul tradisi mudik. Pada saat itu, Jakarta mulai berisi orang-orang dari berbagai desa yang menjadi tempat asal mereka dan mencari kehidupan di kota.
Seiring perkembangan zaman yang semakin canggih, istilah mudik ini kemudian menandai kegiatan pulang ke kampung. Transportasi yang pemudik gunakan juga lebih cepat dari pada zaman dahulu, seperti pesawat terbang, kereta api, kapal laut, bus, dan kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor, bahkan truk.
Makna dan nilai tradisi mudik
Dari asal usul tradisi mudik, kita jadi tahu bahwa kegiatan ini sudah dilakukan bertahun-tahun lamanya ini tidak semata-mata dilakukan saja tanpa adanya sesuatu yang berguna. Tradisi mudik yang dilakukan ini tentu memiliki makna dan nilai khusus di dalamnya.
Berikut beberapa makna dan nilai yang bisa didapatkan dalam kegiatan tradisi mudik lebaran.
1. Religi
Pengalaman gembira dan bahagia saat menjalankan ibadah seperti takbiran dan salat Idulfitri menunjukkan penghayatan terhadap nilai-nilai agama. Rasa khusyu dan khidmat saat melafalkan atau mendengar alunan takbir dan khutbah sholat Idulfitri.
Demikian halnya saat seseorang menjalankan ibadah sosial seperti silaturahmi dengan keluarga, berbakti kepada orangtua, saling meminta dan memberi maaf antar saudara dan kerabat.
2. Toleransi
Nilai toleransi dapat tercermin dari sikap kita yang saling menghargai dengan pemudik lain agar tercipta keselamatan selama perjalanan. Selain itu, saat tiba di kampung halaman, sikap saling menghormati dan menghargai anggota keluarga meskipun memiliki latar belakang yang berbeda.
3. Kerja keras
Nilai kerja keras ini terlihat pada tradisi unik Lebaran satu ini. Usaha kita saat berada di perantauan yang berusaha keras berbagai upaya untuk dapat pulang kampung dan bertemu keluarga besar yang juga selaras dengan asal usul tradisi mudik.
Baca juga: Wayang Indonesia: Asal-Usul, Fungsi, dan Jenis-Jenisnya
4. Kekeluargaan
Mudik bukan hanya tentang silaturahmi, tetapi juga tentang memperkuat makna hidup melalui kekerabatan dan cinta keluarga. Kebiasaan mudik, seperti ziarah kubur, takbiran, dan sholat Idulfitri, mencerminkan budaya menjalin kekerabatan dan pengakraban hubungan dalam momen Lebaran.
Melalui momen mudik, seseorang dapat menemukan makna hidupnya dengan membangun dan membina hubungan yang akrab dengan keluarga, tetangga, dan teman. Suasana akrab saat mudik menciptakan perasaan dibutuhkan dan membutuhkan orang lain, dicintai dan mencintai tanpa pamrih.
Hal terpenting dalam mudik bukanlah tentang komunikasi, tetapi juga perasaan kedekatan yang harus dipelihara dan ditingkatkan.
5. Peduli sosial
Kepedulian sosial ini sangat tampak ketika mudik lebaran terlebih ketika telah berkumpul dengan saudara. Salah satu tradisi lebaran yang menandakan kepedulian sosial adalah bagi-bagi THR (Tunjangan Hari Raya) kepada sanak saudara serta kedua orang tua.
Makna ini dimaksudkan sebagai makna yang dapat ditemukan pada perasaan senang, berharga, dan bahagia saat bisa memberi sesuatu kepada anggota keluarga.
Nah, itulah tadi pembahasan seputar sejarah asal usul tradisi mudik dan makna serta nilai yang terkandung di dalamnya. Tradisi mudik bukan hanya sekadar fenomena sosial biasa, tetapi merupakan sebuah ritual tahunan yang telah mendarah daging dalam budaya bangsa. Mari kita jaga dan lestarikan tradisi mudik sebagai warisan budaya bangsa yang tak ternilai.
Editor: Iska Pebrina
Infografis
Sumber:
Fuad, M., 2011, Makna Hidup di Balik Tradisi Mudik Lebaran, Komunika, 5(1): 107-123.
Japaruddin, 2023, Fenomena dan Nilai-Nilai Tradisi Mudik Lebaran, Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, 17(3): 2034-2045
Romanti, 2023, Mudik, Budaya Indonesia Khas Lebaran, itjen.kemdikbud.go.id, diaksed pada 6 April 2024 https://itjen.kemdikbud.go.id/web/mudik-budaya-indonesia-khas-lebaran/
Vinta, 2023, Mengenal Asal-Usul Tradisi Mudik Lebaran, rri.go.id, diakses pada 6 April 2024 https://www.rri.co.id/maluku/ramadan/214849/mengenal-asal-usul-tradisi-mudik-lebaran
Waulat, J. E., 2024, Sejarah dan Filosofi Mudik Lebaran, rri.co.id, diakses pada 6 April 2024 https://www.rri.co.id/index.php/ramadan/609223/sejarah-dan-filosofi-mudik-lebaran