Antologi Puisi: Aroma Kehilangan

puisi cinta
Sumber: Canva.com

Penulis: Nandy Pratama

Merawat Kepulangan

Sepanjang jalan, sepotong kepulangan menumpahkan asa

yang dibawa kemungkinan dan tak bisa terselamatkan oleh rasa iba

seperti goresan pantulan yang meledak dan hanya melanjutkan kelelahan-kelelahan

pada sirkulasi yang menyelimuti pinggir jalan

Di bawah tumpukan koran segala keterpurukan pernah terbaca dalam lukisan

cemas yang berkecamuk, menjamah air mata yang tertinggal

keberadaan menyambut selamat jalan dengan cawan yang bukan milik semesta

dan ingatanku sudah di penuhi oleh dirimu atau kehadiran yang begitu abadi

Kucoba membuang perasaan di gerbang keikhlasan

Meniadakan satu, dua, atau tiga kenangan 

menjadikan tempat yang kukagumi tak lebih dari “Tuhan”

di antara temu dan waktu, aku selalu ingin menyanyikan lagu rindu yang paling berisik

hingga akhirnya napasmu menjeda kata yang paling jujur

Kupersembahkan tabah kepada sujud

yang barangkali hanyalah sebuah nama.

Ternate, 04 Januari 2019

Dimakamkan Kenangan

Dari ujung kaki hingga kepala, kurayakan ketakutan

saat senyuman menutup beberapa harapan yang enggan berpulang pada pundak

semakin malam, semakin kususun rasa “terima kasih” itu

membawa gemetarnya badan yang sering dipenuhi air mata

Kupanjatkan ratusan kata sebelum kehilangan 

menghadapi banyaknya perayaan yang menimbun kepulangan

ketika wajahmu melahirkan sebuah dongeng percintaan

dengan perjudian antara kehidupan dan kematian

Sedang di telingamu suaraku berkumandang 

menghilangkan kata lelah

binar rupa meredam, ratap hampa membiru

tubuhku menghitung satu dua tiga kenangan yang sering diambil oleh nyawa

menyembunyikan murka dengan alasan yang berupa-rupa 

kegelisahan menjelma bait-bait luka yang mengguncang seisi ingatan

Matamu mengusir dalamnya aku yang ingin memelukmu berulang kali

setelah belasan pikiran menerka-nerka pelukan yang lain.

Ternate, 02 Oktober 2019

Baca juga: Antologi Puisi: Ini Bukan Surat Cinta

Menerima Nestapa

Waktu menengok setiap jejak yang tumpah

melagukan rezeki hingga petang menyentuh bulan 

memancarkan hasil keringat yang begitu tulus

walaupun semesta selalu meragukan nestapa

dua tiga wanita menghampiri tubuhku

mengintip dan bertanya-tanya

tentang kehadiran yang nampaknya begitu asing

pada sudut nirmala tubuhku dipeluk takdir

Sepotong pesan bergetar di kedalaman saku 

memberikan isyarat pada rumah 

bahwa lelapku tak akan menjawab kepulangan

segala cerita hanya menyisakan kerikil-kerikil kecil

yang mengutuk senyuman 

Sedangkan pada lengkungan bibir yang indah itu

Aku hanya mengenal kata Amin 

di mana kepalaku ingin mengumpulkan masa depan

meskipun dendam masuk ke klinik di belakang rumah

setelah kesendirian merawat kehilangan.

Ternate, 20 September 2020

Aroma Kehilangan

Mimpiku tenggelam dalam sakit 

melihat pesan dari tanah yang menatap jenuh 

kutangisi sebuah permohonan 

yang meminang keromantisan dengan Tuhan

Ingatan itu aromanya masih berbekas pada sepanjang jalan

suara-suara yang sering terbengkalai tanpa tanda-tanda kebahagiaan

seperti bunyi klakson motor yang samar-samar

hadirmu mengepung tubuhku di antara ada dan tiada

menjadikan kehendak-Nya sebagai titik pelampiasan dari sebuah kebencian

Namun, Tuhan tetap tersenyum sambil berkata,

“Pulanglah dengan damai dan jadikanlah rasa sakit sebagai obat kerinduan dalam surga.”

Ternate, 12 Oktober 2020

Baca juga: Teror Tak Terduga

Kamu yang Tertinggal

Kutinggalkan sudut ciuman di bibirmu

membajak kedamaian yang nampaknya adalah sebuah kerumunan

goresan kenyamanan mengangkat potongan tubuh

gelap yang diurai ketakutan

mengulang sirkulasi cinta yang tertutup bayang-bayang

Menyelimuti kelelahan dengan tatap yang tegap

Suara yang berguncang tanpa ada sebab yang jelas

seperti dalam cerita segala hal menjadi berbentuk

mencuci tawa yang tak ingin hancur 

tumpuhan keringat mematung dan berdoa

melanjutkan pertanyaan, “Akankah ada kelahiran?” 

meski hanya sekali saja 

Lembayung di langit pun redup

melaungkan atma yang tak dirasa terlalu lama kita berada

menculik dosa yang kiranya hanya andala

mengapa rasa nyamanku tak bisa kekal

kala semesta berpesan bahwa kamu bukanlah takdir 

di bahteranya rumah tangga.

Ternate, 10 November 2020

Editor: Kru BiSa

Sobat BiSa